Minggu, 26 Februari 2012

Cerpen Love on Radio


Love on Radio

“107.8 ERA FM… Love and educational radio, radionya anak Jakarta, disiarkan langsung dari Kuningan, Jakarta, “Love on Radio” kini hadir di tengah-tengah kalian tepat pukul 7 malam waktu Indonesia barat barengan sama DJ Benjo. Para anak Jakarta akan dimanjakan dengan lagu-lagu cinta yang sedang hits plus sesi curhat selama 2 jam kedepan, so jangan kemana-mana, tetap selalu di 107.8 setelah lagu yang satu ini… Enjoy!
Suara renyah yang selalu hadir di malam kamis dan sabtu. Menemani kesendirianku di dalam kamar yang ukurannya hanya sekitar 4x4 m. Dengan puluhan nada-nada cinta yang selalu terngiang di telinga membuatku rasanya sangat betah berlama-lama di depan radio kecil yang selama 4 tahun ini selalu menghiasi satu-satunya meja di kamarku. Love on Radio juga menyematkan beberapa kisah cinta unik yang membuat pendengarnya ikut merasakan rasa senang, galau, serta sedih. Inilah tempat yang kuharap suatu hari dapat kutemukan seseorang yang menyatakan cintanya tanpa malu padaku… andai saja!

“Cowok itu namanya Raka Aditya!”
Itulah pertama kalinya aku mengetahui nama cowok itu. Ketika ia memarahiku di hari pertama masa orientasi siswa. Ketika itulah aku terus memandanginya tanpa aku sadari. Cowok yang tidak tampan apalagi populer. Hanya golongan cowok aktif, berkacamata dan kreatif. Si cowok berbakat yang cerdas memainkan lantunan nada-nada indah dalam petikan senar gitar. Si senior yang tanpa ia sadari banyak gadis yang sangat mengagumminya termasuk aku.
Tapi… seperti banyak kisah di Love on Radio, rasa kekaguman seperti ini hanyalah semu. Tak ada yang bisa memprediksi apakah cintanya akan berlanjut pada muaranya atau tidak. Hanya Cinderella saja sepertinya yang berhasil mewujudkan kisah cinta tidak mungkin seperti itu. Lalu aku? Seperti gadis-gadis lain yang mengagummi sosok berbakat Raka… bersembunyi di balik bayangannya tanpa pernah memberi tahu keberadaanku yang sebetulnya sangat menyukai sosoknya.

“107.8 ERA FM… Love and educational radio, masih barengan sama DJ Benjo. Sebelum masuk ke sesi curhat, ada satu puisi nih yang mau dibacain. Puisi ini dari Raditya buat salah satu adik kelasnya yang katanya uda setahun ini dia suka… Tapi sebelum dibacain puisi dari Raditya, ada satu lagu khusus yang di request oleh Raditya buat si adik kelas. Ternyata Cinta dari Anji. Enjoy!
Ingin sungguh aku bicara satu kali saja sebagai ungkapan kata perasaanku padamu... lagi-lagi mendengar suara renyah DJ Benjo. Ternyata Cinta untuk si adik kelas. Romantisnya. Kira-kira kapan yaa… aku bisa seperti itu? Cuma berkhayal sepertinya. Ya… berkhayal ada seseorang yang suatu saat nanti mempersembahkan lagu ini untukku. Tapi… setidaknya hanya berkhayal saja tidak akan merugikan siapapun.
“Iya… itu satu lagu dari Anji dengan Ternyata Cinta yang di request khusus oleh Raditya untuk sang adik kelas. Oke, biar nggak berlama-lama langsung dibacain aja nih, puisi dari Raditya dengan judul Kau……
Kau tersenyum manis di awal tahun
Menenggelamkan aku dalam dimensi indahmu
Kau laksana mentari ketika mengerutkan kening
Seperti isyarat bahwa aku beruntung bertemu denganmu
Kau…
Menawan karena kesederhanaan tak terkira
Seperti embun yang membuatku jatuh
Jatuh cinta padamu”
Ya ampun… beruntungnya. Puisi jatuh cinta dari kakak kelas untuk adik kelasnya. Puisi jatuh cinta yang membuat perempuan manapun akan bertekuk lutut. Dan… cowok bernama Raditya itu benar-benar hebat. Bila si Raditya itu memiliki pistol, maka si adik kelasnya mungkin sekarang sudah terbunuh karena pistol cinta yang dilayangkannya. Andai… aku menjadi si adik kelas, aku rela melupakan Raka Aditya untuk si pujangga cinta seperti Raditya. Lagi-lagi berkhayal!

Pagi yang indah. Mentari datang dengan segala keceriaannya ditemani juga oleh awan-awan yang bergerak merdu. Burung-burung berkicau laksana ia menyerukan selamat pagi kepada semua orang yang mendengarnya. Seperti orang jatuh cinta saja…
Pagi ini tak banyak berubah. Sekolah masih ramai seperti biasanya. Cewek-cewek mengobrol tentang gosip terbaru atau yang cowok-cowok sibuk membicarakan hasil akhir dari pertandingan sepak bola yang ditontonnya semalam. Ramai… banyak sekali pembicaraan dan aku hanya tersenyum setiap kali para cewek-cewek menyapaku hendak mengajakku untuk terjun ke dalam obrolan mereka. Namun, aku enggan pagi ini. Entah mengapa…
Aku memilih duduk di bangkuku. Di bangku kedua paling belakang. Teman sebangkuku, Ratna sepertinya belum datang. Karena batang hidungnya yang terpatri indah di wajah arabnya itu belum terlihat. Aku kemudian menaruh tas ku keatas meja lalu aku keluarkan satu buku tulis matematika. Sekedar melihat apakah aku dengan benar membawa pekerjaan rumahku ke sekolah… kalau tidak akan ada yang berkicau seperti burung pagi ini.
Namun, sebelum aku membuka pekerjaan rumahku, aku mengeluarkan buku catatan matematikaku yang tiba-tiba terselip sebuah kertas yang tak ku ketahui sebelumnya. Kertas yang mengundang perhatianku. Aku pun mengambilnya dari selipan buku catatan tersebut. Bingung… kertas itu bukan coret-coretan rumus matematika. Kertas itu berisi sebuah puisi. Puisi? Sebentar…… puisi ini seperti tidak asing. Puisi ini seperti puisi… Raditya! Hah? Sepertinya aku bermimpi. Mana mungkin aku memiliki puisi Raditya? Mana mungkin aku mengenal Raditya? Atau… aku betul-betul mengenal Raditya? Raditya satu sekolah denganku? Hah… sebaiknya kutanyakan pada Ratna saja yang kemarin meminjam buku ini.

“Kemarin buku itu tidak aku pinjamkan kepada siapa-siapa, hanya aku kira hilang. Padahal aku baru ingat kalau buku itu aku geletakkan begitu saja di ruang tamu!”
Begitulah Ratna menjawab pertanyaanku. Dengan wajah yang polos tanpa ada tanda-tanda bahwa ia menyembunyikan semiotik tentang kebohongan. Ya… dia memang sangat jujur. Dia tak pernah sekalipun berhasil menyimpan rahasia yang seharusnya menjadi rahasia. Lalu… mengapa puisi Raditya ada di buku catatan matematikaku?
Rasanya hanya orang gila yang percaya buku itu terbang melalui mimpi. Atau aku yang saat ini sedang bermimpi? Kucoba sekali lagi mencubit pipi ini dari puluhan kali aku mencubitnya. Mungkin sekarang sudah semerah kepiting laut. Sakit. Berarti tidak mungkin aku bermimpi. Ini kenyataan dan aku sedang bermimpi. Jadi, satu kesimpulan yang bisa aku ambil. Buku matematika ini tidak dipinjam siapapun selain Ratna, berarti orang yang mungkin menaruh puisi ala Raditya itu pasti salah satu orang yang dekat dengan Ratna? Masa kak Radith? Namanya kan bukan Raditya… namanya Radith Prayoga. Tapi… apakah mungkin?

“107.8 ERA FM… Love and educational radio, masih barengan sama DJ Benjo di Love on Radio. Saatnya nih membaca salam-salam dari listeners. Ada satu salam nih, yang katanya khusus diberikan kepada Raditya yang pada sesi sebelum curhat kemarin dibacain puisinya. Salamnya dari Marika Aurellia, katanya puisi Raditya keren banget! Andai dia adalah cewek itu. Wah… baru kirim puisi aja Raditya udah terkenal, apalagi kalau buat album. Oke, biar nggak berlama-lama satu lagu nih yang di request dari Marika buat Raditya. Secret Admirer…”
Rasanya lega. Ketika DJ Benjo akhirnya memberikan salam dariku untuk Raditya. Mudah-mudahan ini pancingan yang membuat Raditya mengeluarkan suaranya dan menjelaskan yang sejelas-jelasnya siapakah sebenarnya dirinya. Yaa… aku penasaran. Terlebih lagi puisi Raditya… orang yang tidak kukenal siapa dan bagaimana orangnya berada di buku catatanku. Aneh!
Keanehan ini semoga saja terjawab. Karena satu hal yang dapat kupastikan, cowok bernama Raditya itu bukan Kak Radith, kakaknya Ratna! Itu mustahil ketika aku melihat betapa mesranya ia dengan Kak Citra, kakak kelasku. Berarti orang yang paling mungkin adalah orang terdekat Ratna sekaligus orang terdekat Kak Radith, yaitu Raka Aditya. Ya… selama ini Ratna yang membuat aku mengenal Raka. Ratna juga yang membuat aku menyukai dan bahkan jatuh cinta pada Raka Aditya. Dan yang paling penting Raka Aditya itu adalah sahabat kak Radith. Tapi… sekali lagi itu tidak mungkin! Teman kak Radith bukan hanya Raka… masih ada orang lain. Dan aku siap menunggunya.
“Balik lagi nih barengan DJ Benjo… saatnya masuk sesi curhat. Hari ini penelpon yang beruntung curhat disini adalah Raka Aditya. Katanya dia ingin menyampaikan sesuatu nih ke seseorang. Kita dengar yaa apa yang ingin disampaikannya? Oke… halo Raka!”
APA? RAKA RADITYA? Aku nggak salah dengar kan? Itu benar-benar Raka Raditya kan? Ya ampun… rasanya aku ingin mati. Jantungku rasanya ingin berhenti. Tidak lagi berdetak. Aku sulit bernafas. Mungkinkah itu Raka? Raka Raditya yang ku kagumi? Untuk apa dia menelpon kesini? Ingin menyampaikan pernyataan cinta kah ke seorang gadis? TIDAK! Rasanya aku masih belum sanggup melihat Raka bersama cewek lain. Apa aku matikan saja radionya? Tapi aku penasaran… Jadi? AHH… sudah dengarkan saja!
“Halo DJ Benjo!”
“Jadi… apa nih yang mau kamu sampaikan?”
“Aku mau sampaikan sebuah kejujuran yang selama satu tahun ini aku pendam. Aku Raditya yang kemarin mengirim puisi Kau ke Love on Radio. Berharapnya sih, dibacain sama DJ Benjo. Senang banget akhirnya dibacain juga sama DJ Benjo. Aku mengirim puisi kesini karena kau tau dari adik sahabatku yang bernama Ratna Prasasti, kalau cewek yang aku suka selama ini suka banget dengerin Love on Radio. Beberapa hari yang lalu aku beranikan diri untuk menyelipkan puisi itu di buku catatannya yang nggak sengaja aku temukan di ruang tamu sahabat aku. Ya, aku ingin menyampaikan perasaan ini kepadanya. Setahun. Semenjak hari pertama masa orientasi siswa, wajah dia selalu aja ada di pikiranku. Marika Aurellia… cewek itu adalah kamu.”
Aku bingung. Nggak bisa berkata apapun. Rasanya dunia ini berguncang. Aku seperti ingin binasa… aku nggak tahan untuk menangis. Hari ini, aku tahu mengapa Ratna sering kali membicarakan Raka di depanku. Ya, dia ingin memberi tahuku bahwa Raka menyukaiku. Mengapa aku bodoh seperti ini? Setahun… selama itukah kita menyimpan rasa seperti ini? Dan lewat Love on Radio kita berhasil menyampaikannya? Menakjubkan! Aku pun segera mengambil telepon genggamku dan kemudian menekan tombol… menyampaikan sesuatu. 
“Aku juga menyukaimu Raka Aditya!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar