Love on Radio
“107.8
ERA FM… Love and educational radio, radionya anak Jakarta, disiarkan langsung
dari Kuningan, Jakarta, “Love on Radio” kini hadir di tengah-tengah kalian
tepat pukul 7 malam waktu Indonesia barat barengan sama DJ Benjo. Para anak
Jakarta akan dimanjakan dengan lagu-lagu cinta yang sedang hits plus sesi
curhat selama 2 jam kedepan, so
jangan kemana-mana, tetap selalu di 107.8 setelah lagu yang satu ini… Enjoy!”
Suara
renyah yang selalu hadir di malam kamis dan sabtu. Menemani kesendirianku di
dalam kamar yang ukurannya hanya sekitar 4x4 m. Dengan puluhan nada-nada cinta
yang selalu terngiang di telinga membuatku rasanya sangat betah berlama-lama di
depan radio kecil yang selama 4 tahun ini selalu menghiasi satu-satunya meja di
kamarku. Love on Radio juga
menyematkan beberapa kisah cinta unik yang membuat pendengarnya ikut merasakan
rasa senang, galau, serta sedih. Inilah tempat yang kuharap suatu hari dapat
kutemukan seseorang yang menyatakan cintanya tanpa malu padaku… andai saja!
“Cowok
itu namanya Raka Aditya!”
Itulah
pertama kalinya aku mengetahui nama cowok itu. Ketika ia memarahiku di hari
pertama masa orientasi siswa. Ketika itulah aku terus memandanginya tanpa aku
sadari. Cowok yang tidak tampan apalagi populer. Hanya golongan cowok aktif,
berkacamata dan kreatif. Si cowok berbakat yang cerdas memainkan lantunan
nada-nada indah dalam petikan senar gitar. Si senior yang tanpa ia sadari
banyak gadis yang sangat mengagumminya termasuk aku.
Tapi…
seperti banyak kisah di Love on Radio,
rasa kekaguman seperti ini hanyalah semu. Tak ada yang bisa memprediksi apakah
cintanya akan berlanjut pada muaranya atau tidak. Hanya Cinderella saja
sepertinya yang berhasil mewujudkan kisah cinta tidak mungkin seperti itu. Lalu
aku? Seperti gadis-gadis lain yang mengagummi sosok berbakat Raka… bersembunyi
di balik bayangannya tanpa pernah memberi tahu keberadaanku yang sebetulnya
sangat menyukai sosoknya.
“107.8
ERA FM… Love and educational radio, masih barengan sama DJ Benjo. Sebelum masuk
ke sesi curhat, ada satu puisi nih yang mau dibacain. Puisi ini dari Raditya
buat salah satu adik kelasnya yang katanya uda setahun ini dia suka… Tapi
sebelum dibacain puisi dari Raditya, ada satu lagu khusus yang di request oleh Raditya buat si adik kelas.
Ternyata Cinta dari Anji. Enjoy!”
Ingin sungguh aku bicara satu kali saja
sebagai ungkapan kata perasaanku padamu... lagi-lagi mendengar suara
renyah DJ Benjo. Ternyata Cinta untuk si adik kelas. Romantisnya. Kira-kira
kapan yaa… aku bisa seperti itu? Cuma berkhayal sepertinya. Ya… berkhayal ada
seseorang yang suatu saat nanti mempersembahkan lagu ini untukku. Tapi…
setidaknya hanya berkhayal saja tidak akan merugikan siapapun.
“Iya… itu satu lagu dari Anji
dengan Ternyata Cinta yang di request
khusus oleh Raditya untuk sang adik kelas. Oke, biar nggak berlama-lama
langsung dibacain aja nih, puisi dari Raditya dengan judul Kau……
Kau
tersenyum manis di awal tahun
Menenggelamkan
aku dalam dimensi indahmu
Kau
laksana mentari ketika mengerutkan kening
Seperti
isyarat bahwa aku beruntung bertemu denganmu
Kau…
Menawan
karena kesederhanaan tak terkira
Seperti
embun yang membuatku jatuh
Jatuh
cinta padamu”
Ya ampun… beruntungnya. Puisi
jatuh cinta dari kakak kelas untuk adik kelasnya. Puisi jatuh cinta yang
membuat perempuan manapun akan bertekuk lutut. Dan… cowok bernama Raditya itu
benar-benar hebat. Bila si Raditya itu memiliki pistol, maka si adik kelasnya
mungkin sekarang sudah terbunuh karena pistol cinta yang dilayangkannya. Andai…
aku menjadi si adik kelas, aku rela melupakan Raka Aditya untuk si pujangga cinta
seperti Raditya. Lagi-lagi berkhayal!
Pagi yang indah. Mentari
datang dengan segala keceriaannya ditemani juga oleh awan-awan yang bergerak
merdu. Burung-burung berkicau laksana ia menyerukan selamat pagi kepada semua
orang yang mendengarnya. Seperti orang jatuh cinta saja…
Pagi ini tak banyak berubah.
Sekolah masih ramai seperti biasanya. Cewek-cewek mengobrol tentang gosip
terbaru atau yang cowok-cowok sibuk membicarakan hasil akhir dari pertandingan
sepak bola yang ditontonnya semalam. Ramai… banyak sekali pembicaraan dan aku
hanya tersenyum setiap kali para cewek-cewek menyapaku hendak mengajakku untuk
terjun ke dalam obrolan mereka. Namun, aku enggan pagi ini. Entah mengapa…
Aku memilih duduk di
bangkuku. Di bangku kedua paling belakang. Teman sebangkuku, Ratna sepertinya
belum datang. Karena batang hidungnya yang terpatri indah di wajah arabnya itu
belum terlihat. Aku kemudian menaruh tas ku keatas meja lalu aku keluarkan satu
buku tulis matematika. Sekedar melihat apakah aku dengan benar membawa pekerjaan
rumahku ke sekolah… kalau tidak akan ada yang berkicau seperti burung pagi ini.
Namun, sebelum aku membuka
pekerjaan rumahku, aku mengeluarkan buku catatan matematikaku yang tiba-tiba
terselip sebuah kertas yang tak ku ketahui sebelumnya. Kertas yang mengundang
perhatianku. Aku pun mengambilnya dari selipan buku catatan tersebut. Bingung…
kertas itu bukan coret-coretan rumus matematika. Kertas itu berisi sebuah
puisi. Puisi? Sebentar…… puisi ini seperti tidak asing. Puisi ini seperti
puisi… Raditya! Hah? Sepertinya aku bermimpi. Mana mungkin aku memiliki puisi
Raditya? Mana mungkin aku mengenal Raditya? Atau… aku betul-betul mengenal
Raditya? Raditya satu sekolah denganku? Hah… sebaiknya kutanyakan pada Ratna
saja yang kemarin meminjam buku ini.
“Kemarin buku itu tidak aku
pinjamkan kepada siapa-siapa, hanya aku kira hilang. Padahal aku baru ingat
kalau buku itu aku geletakkan begitu saja di ruang tamu!”
Begitulah Ratna menjawab
pertanyaanku. Dengan wajah yang polos tanpa ada tanda-tanda bahwa ia menyembunyikan
semiotik tentang kebohongan. Ya… dia memang sangat jujur. Dia tak pernah
sekalipun berhasil menyimpan rahasia yang seharusnya menjadi rahasia. Lalu…
mengapa puisi Raditya ada di buku catatan matematikaku?
Rasanya hanya orang gila yang
percaya buku itu terbang melalui mimpi. Atau aku yang saat ini sedang bermimpi?
Kucoba sekali lagi mencubit pipi ini dari puluhan kali aku mencubitnya. Mungkin
sekarang sudah semerah kepiting laut. Sakit. Berarti tidak mungkin aku
bermimpi. Ini kenyataan dan aku sedang bermimpi. Jadi, satu kesimpulan yang
bisa aku ambil. Buku matematika ini tidak dipinjam siapapun selain Ratna,
berarti orang yang mungkin menaruh puisi ala Raditya itu pasti salah satu orang
yang dekat dengan Ratna? Masa kak Radith? Namanya kan bukan Raditya… namanya
Radith Prayoga. Tapi… apakah mungkin?
“107.8
ERA FM… Love and educational radio, masih barengan sama DJ Benjo di Love on Radio. Saatnya nih membaca
salam-salam dari listeners. Ada satu
salam nih, yang katanya khusus diberikan kepada Raditya yang pada sesi sebelum
curhat kemarin dibacain puisinya. Salamnya dari Marika Aurellia, katanya puisi
Raditya keren banget! Andai dia adalah cewek itu. Wah… baru kirim puisi aja
Raditya udah terkenal, apalagi kalau buat album. Oke, biar nggak berlama-lama
satu lagu nih yang di request dari
Marika buat Raditya. Secret Admirer…”
Rasanya
lega. Ketika DJ Benjo akhirnya memberikan salam dariku untuk Raditya.
Mudah-mudahan ini pancingan yang membuat Raditya mengeluarkan suaranya dan
menjelaskan yang sejelas-jelasnya siapakah sebenarnya dirinya. Yaa… aku
penasaran. Terlebih lagi puisi Raditya… orang yang tidak kukenal siapa dan
bagaimana orangnya berada di buku catatanku. Aneh!
Keanehan
ini semoga saja terjawab. Karena satu hal yang dapat kupastikan, cowok bernama
Raditya itu bukan Kak Radith, kakaknya Ratna! Itu mustahil ketika aku melihat
betapa mesranya ia dengan Kak Citra, kakak kelasku. Berarti orang yang paling
mungkin adalah orang terdekat Ratna sekaligus orang terdekat Kak Radith, yaitu
Raka Aditya. Ya… selama ini Ratna yang membuat aku mengenal Raka. Ratna juga
yang membuat aku menyukai dan bahkan jatuh cinta pada Raka Aditya. Dan yang
paling penting Raka Aditya itu adalah sahabat kak Radith. Tapi… sekali lagi itu
tidak mungkin! Teman kak Radith bukan hanya Raka… masih ada orang lain. Dan aku
siap menunggunya.
“Balik
lagi nih barengan DJ Benjo… saatnya masuk sesi curhat. Hari ini penelpon yang
beruntung curhat disini adalah Raka Aditya. Katanya dia ingin menyampaikan
sesuatu nih ke seseorang. Kita dengar yaa apa yang ingin disampaikannya? Oke…
halo Raka!”
APA?
RAKA RADITYA? Aku nggak salah dengar kan? Itu benar-benar Raka Raditya kan? Ya
ampun… rasanya aku ingin mati. Jantungku rasanya ingin berhenti. Tidak lagi
berdetak. Aku sulit bernafas. Mungkinkah itu Raka? Raka Raditya yang ku kagumi?
Untuk apa dia menelpon kesini? Ingin menyampaikan pernyataan cinta kah ke
seorang gadis? TIDAK! Rasanya aku masih belum sanggup melihat Raka bersama
cewek lain. Apa aku matikan saja radionya? Tapi aku penasaran… Jadi? AHH… sudah
dengarkan saja!
“Halo
DJ Benjo!”
“Jadi…
apa nih yang mau kamu sampaikan?”
“Aku
mau sampaikan sebuah kejujuran yang selama satu tahun ini aku pendam. Aku
Raditya yang kemarin mengirim puisi Kau ke Love
on Radio. Berharapnya sih, dibacain sama DJ Benjo. Senang banget akhirnya
dibacain juga sama DJ Benjo. Aku mengirim puisi kesini karena kau tau dari adik
sahabatku yang bernama Ratna Prasasti, kalau cewek yang aku suka selama ini
suka banget dengerin Love on Radio.
Beberapa hari yang lalu aku beranikan diri untuk menyelipkan puisi itu di buku
catatannya yang nggak sengaja aku temukan di ruang tamu sahabat aku. Ya, aku
ingin menyampaikan perasaan ini kepadanya. Setahun. Semenjak hari pertama masa
orientasi siswa, wajah dia selalu aja ada di pikiranku. Marika Aurellia… cewek
itu adalah kamu.”
Aku
bingung. Nggak bisa berkata apapun. Rasanya dunia ini berguncang. Aku seperti
ingin binasa… aku nggak tahan untuk menangis. Hari ini, aku tahu mengapa Ratna
sering kali membicarakan Raka di depanku. Ya, dia ingin memberi tahuku bahwa
Raka menyukaiku. Mengapa aku bodoh seperti ini? Setahun… selama itukah kita
menyimpan rasa seperti ini? Dan lewat Love
on Radio kita berhasil menyampaikannya? Menakjubkan! Aku pun segera
mengambil telepon genggamku dan kemudian menekan tombol… menyampaikan sesuatu.
“Aku juga menyukaimu Raka Aditya!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar