I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebuah
novel yang banyak penggemarnya. Novel yang telah menghipnotis pembacanya dengan
ratusan, bahkan ribuan kejutan imajinasi yang seakan-akan itu nyata dalam
kehidupan asli. Novel itu memang novel yang bisa dibilang tidak ada tandingannya.
Namun, apakah benar novel “Harry Potter” itu tidak ada tandingannya?
Belum
lama ini pada tahun 2007, lebih tepatnya bulan Juli, ada hal yang tidak
terduga. Muncul kepermukaan dengan tiba-tiba dan menggemparkan kalangan
penikmat novel “Harry Potter”. Ada apa gerangan? Ya, ada sebuah novel yang
ingin bersaing secara sehat dengan novel “Harry potter” tersebut. Novel
tersebut adalah novel yang berjudul “Happy Porter”.
Pasti
banyak orang yang merasa agak aneh dengan novel “Happy Porter” ini. Namun,
cobalah untuk membeli atau meminjam novel ini dengan tujuan yang baik yaitu
untuk membacanya. Mengapa begitu? Karena novel “Happy Porter” ini sangatlah
penuh dengan kejutan. Kejutan yang hampir sama dengan kejutan yang kita temukan
dalam novel “Harry Potter”.
Kejutan-kejutan
itu seakan-akan membuat para penikmat atau pembaca novel “Happy Porter”
tersebut menjadi ketagihan untuk membaca novel ini lagi. Lalu, seberapa jauh novel “Happy Porter” ini
dapat membuat para pembacanya menjadi tertarik untuk membaca novel “Happy
Porter” ini? Selain itu, apakah novel Happy Porter ini memiliki tujuan lain
dalam pembuatannya guna menyaingi novel “Happy Potter”?
Oleh
karena itu, melalui makalah ini akan dibahas mengenai kejutan-kejutan yang
terdapat novel “Happy Porter” melalui pendekatan resepsi sastra. Untuk
mengungkap kelebihan dan kekurangan yang terkandung dalam novel ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dari
latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, penulis merumuskan masalah yang
akan dikaji, yakni “Seberapa Jauh novel Happy Porter dalam memberikan
kejutan-kejutan kepada pembacanya?”
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah
ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1)
Mengetahui
seberapa jauh novel Happy Porter ini dalam memberikan kejutan-kejutan kepada
pembacanya.
2)
Sebagai pengaplikasian
dalam kritik sastra guna menilai suatu karya sastra berupa novel dari segi
kelebihan dan kekurangannya
3)
Sebagai salah satu
tugas akhir mata kuliah kritik sastra untuk syarat dalam mengikuti Ujian Akhir
Semester
II LANDASAN TEORI
2.1 Hakikat Resepsi Sastra
Estetika
resepsi sastra estetika[1]
adalah estetika (ilmu keindahan) yang didasarkan pada bagaimana pembaca
memberikan tanggapan terhadap karya sastra yang dibacanya, sehingga dapat
memberikan makna terhadap karya sastra. Metode estetika resepsi sastra
merupakan salah satu metode yang mendasarkan diri pada teori bahwa karya sastra
sejak munculnya sudah mendapat tanggapan dari pembacanya. Apresiasi pembaca
pertama terhadap karya sastra akan dilanjutkan dan diperkaya melalui
tanggapan-tanggapan yang lebih lanjut dari generasi ke generasi.
Dari
waktu ke waktu karya sastra, lebih-lebih karya sastra yang penting, selalu
mendapatkan tanggapan para pembaca. Tiap pembaca berbeda dalam menanggapi
sebuah atau sekumpulan karya sastra. Oleh karena itu, makna suatu karya sastra
akan selalu diperkaya. Dengan tanggapan para pembaca dari waktu ke waktu itu,
makna karya sastra akan dapat lebih terungkap dan nilai sastranya pun dapat
ditentukan dengan baik.
2.2 Metode Estetika Resepsi
Teori
estetika resepsi sastra menekankan perhatian utama pada pembaca karya sastra di
antara jalinan segitiga: pengarang, karya sastra, dan masyarakat pembaca
(Jauss, 1974:12). Sebuah karya sastra bukanlah objek yang berdiri sendiri dan
memberikan wajah yang sama kepada tiap-tiap pembaca di setiap periode.
Dalam
metode estetika resepsi, berdasarkan prinsip di atas, diteliti
tanggapan-tanggapan setiap periode yaitu tanggapan-tanggapan sebuah karya
sastra oleh para pembacanya. Yang dimaksud pembaca dalam hubungan ini adalah
pembaca yang cakap atau ahli. Mereka adalah para kritikus sastra dan ahli
sastra yang dipandang dapat mewakili para pembaca dan periodenya.
Untuk
mengetahui tanggapan-tanggapan pembaca dapat dilakukan dengan cara (1)
merekonstruksi bermacam-macam konkretisasi sebuah karya sastra dalam masa
sejarahnya dan (2) meneliti hubungan di antara konkretisasi-konkretisasi itu di
satu pihak dan di pihak lain meneliti hubungan di antara karya sastra dengan
konteks historis yang dimiliki konkretisasi-konkretisasi itu (Segers, 1978:49)
III PEMBAHASAN
3.1 Sistematika Kritik Sastra
Seseorang
yang akan melakukan kritik sastra dengan baik harus melalui tahapan-tahapan
atau langkah-langkah yang sistematis dan operasional. Sistematika kritik sastra
pada novel “Happy Porter” karya Yokie Adityo ini antara lain pertama tahap deskripsi yang akan
menjelaskan mengenai biografi penulis dan sinopsis novel tersebut. Kedua tahap Interpretasi yang akan
menjelaskan mengenai interpretasi apa saja yang terdapat pada novel tersebut
melalui simbol-simbol yang ada. Ketiga
tahap analisis yang akan menjelaskan mengenai kejutan-kejutan yang terdapat
pada novel tersebut dan mengapa bisa dapat dikatakan kejutan serta historis
yang terkandung di dalamnya. Keempat
tahap penilaian yang akan menjelaskan mengenai evaluasi terhadap karya tersebut
tentang baik dan buruknya karya tersebut terhadap pembacanya.
3.2 Tahap Deskripsi
Tahap
deskripsi karya sastra adalah tahap kegiatan memaparkan data apa adanya.
Kegiatan deskripsi data ini hanya sekedar membaca dan memaparkan data apa
adanya, tanpa penafsiran dan analisis. Tahap deskripsi ini juga harus dapat
dipahami lebih lanjut sebagai bahan telaah atau pengkajian karya sastra dalam
tahap penafsiran dan tahap analisis yang dilakukan berikutnya.
a) Biografi Pengarang
Novel “Happy
Porter” karangan Yokie Adityo ini merupakan novel ketiganya setelah novel
lainnya yakni “Detective Diary” dan “Cinta Versi Cinjun”. Yokie Lahir di
Jakarta, pada 1 Mei 1983. Ia adalah seorang mahasiswa Fakultas Hukum,
Universitas Indonesia. Yokie adalah seseorang yang gemar menulis dan menuangkan
segala sesuatu ke dalam tulisannya, entah itu kejadian yang ia alami
sehari-hari atau tentang fenomena yang sedang trend saat ini.
b) Sinopsis
Novel ini
mengisahkan tentang seorang anak muda bernama Hans Prasnan yang merasakan
keanehan di pagi hari ketika dia ingin pergi berlibur ke Bogor. Keanehan itu
berupa adanya puluhan burung hantu yang terbang di langit. Saat itu dia sedang
mengenal bus Kopaja nomor 57 jurusan Kampung Rambutan-Blok M, tapi tetap saja
tidak dapat mengejar laju bus tersebut. Hingga akhirnya dia bertemu dengan Bang
Boris yang bersedia mengantarkan Hans ke stasiun Kalibata.
Sesampainya di
stasiun Kalibata, ia bertemu dengan Marissa. Namun, karena Marissa terlihat
sangat terburu-buru hingga teriakan dari Hans pun tidak terdengar oleh Marissa
saat Hans memanggilnya. Sandal merah milik Marissa pun tertinggal di dekat
tiang peron saat Marissa tiba-tiba menghilang di balik peron. Hans pun mencoba
melakukan hal yang sama dan ia berhasil menembus peron tersebut. Lalu Hans
memasuki stasiun yang asing baginya.
Di Stasiun itu,
Hans bertemu dengan goblin bernama Happy Porter. Happy Porter adalah salah satu
goblin nomor satu dalam hal antar mengantar barang. Hans pun menyewanya dengan
upah satu pak rokok Namibia yang setara dengan satu koin emas. Happy pun
melayani Hans dan mengajaknya pergi ke pasar untuk menukarkan satu pak rokok
Namibia dengan tiga puluh keping uang perak.
Sesampainya di
pasar, Hans berjalan-jalan dan berhenti pada sebuah toko yang menjual bulan.
Saat memasuki toko tersebut, Hans kaget karena sang pemilik tokonya yakni
Miriam, ibunya Marissa. Miriam mengancam Hans bila ia membocorkankan ke pada
manusia tentang keberadaan dunia Homework. Hans pun menyetujui permintaan
Miriam tersebut dan ia dihadiahkan potongan bulan.
Hans keluar dari
toko bulan itu dan kaget ketika melihat Happy sudah tak ada lagi di luar toko.
Hans terus berjalan sendirian menuju toko Barter Carter untuk menukar satu pak
rokoknya. Hujan pun turun dan membuat Hans harus berteduh. Ia berteduh di toko
Larsson Laron Bar. Di tempat itu, ia bertemu dengan Hugme. Hugme mengajak Hans
untuk masuk dan menikmati sajian yang ada di dalam bar tersebut. Sewaktu ingin
memesan, Hans ijin sebentar ke toilet. Di toilet, ia dibuat pingsan dan diculik oleh orang tak
dikenal.
Saat terbangun
dari pingsannya, Hans bingung karena sudah berada di ruangan yang asing, dengan
keadaan tangan terikat. Di dalam ruangan tersebut, Hans hanya berdua saja
dengan seseorang yang mengaku asistennya Hugme bernama Karius Bahar. Tak lama
kemudian, datang dua penjaga dan menyiksa Hans dengan membuat sebuah tatto
huruf S pada keningnya. Setelah, Hans mengarang mengenai informasi tentang
Hugme, penderitaan Hans berhenti sejenak. Kemudian, asisten itu membantu Hans
untuk melarikan diri dan berhasil kabur dari tempat itu.
Setelah berhasil
kabur, Hans kini berada di dalam hutan dan bertemu dengan tiga centaurus. Para
centaurus itu membawa Hans ke pemukiman mereka. Herbang, salah satu dari tiga
centaurus itu memberitakan kepada Hans tentang ramalan akan terjadi perang dan
diawali oleh seorang pria kurus dengan tanda petir di kening serta membawa
sekeping koin perak digenggamannya. Pria kurus itu adalah Hans. Herbang pun
memutuskan untuk membawa Hans ke sekolah sihir Homework. Namun, karena Hans
harus naik kereta agar bisa sampai ke sekolah sihir Homework, maka Herbang
memakai jasa goblin yang ada di desa Lonbig. Alhasil, Hans menginap semalam di
perkampungan Lonbig tersebut.
Malam itu, Hans
berjalan-jalan dan melihat Kebun Satwa Dunia Manusia. Di dalamnya, Hans bertemu
dengan Anakonda Angola, seekor ular Boa yang berada dalam kandang. Ular itu
berbicara dengan Hans, memakai bahasa ular untuk membantu melepaskannya dari
kandang. Hans pun menurutinya dan ular itu keluar.
Keesokan harinya,
Hans diantar ke stasiun Batakross dengan menunggang Melanie, seekor singa
berkepala dan bersayap elang. Sesampainya di Batakross, Hans memesan tiket
kereta dan mencari Happy. Di bantu oleh, Harmonika dan Romeo, Hans bertemu
dengan Happy.
Di dalam kereta
yang berjalan menuju sekolah sihir Homework, Happy bercerita tentang
keberadaannya yang tiba-tiba hilang saat di toko Bulan. Tibalah di sekolah
sihir Homework. Hans dan Happy langsung masuk ke dalam gerbang sekolah dan
bertemu dengan Hugme. Hugme mengantarkan mereka ke ruangan dimana Mince
Gondangdia berada.
Saat Hans dan
Happy bertemu Mince Gondangdia, mereka baru tahu ternyata Mince Gondangdia itu
adalah seorang nenek tua. Mince Gondangdia memeriksa tanda ‘S’ yang berada di
kening Happy untuk memastikan bahwa tanda itu asli. Ternyata tanda di kening
Happy itu. Happy dan Hans diminta untuk menginap semalam di sekolah sihir
Homework.
Esok paginya, Hugme
mengajak Hans dan Happy untuk naik sapu terbang ‘Nimba 41R’. Ternyata Happy
sangat pandai dalam mengendarai sapu terbang tersebut. Murid-murid di sekolah
sihir itu bertepuk tangan dan berebut untuk mendekati Happy. Hans menghindar
dan ditarik oleh Marissa ke luar kerumunan. Lantas, Marissa mengajak Hans untuk
membantunya mencari ‘belimbing bertuah’ guna praktikum herbologi.
Hans dan Marissa
mencari ‘belimbing bertuah’ di hutan terlarang dengan seijin Hugme. Di hutan
tersebut, mereka bertemu ular Basilisk. Ternyata ada tiga ular basilisk yang
telah mencaplok tiga teman Marissa yakni, Krabipati, Malin dan Gong. Sebelum
kabur dari hutan, Marissa menemukan tiga ‘belimbing bertuah’.
Setelah keluar
dari hutan tersebut, Hans dan Marissa bertemu dengan Hugme untuk melaporkan
kejadian ini. Lalu mereka membagi-bagi tugas. Hugme memeriksa hutan terlarang,
Hans memberitahukan masalah ini kepada Happy, dan Marissa melaporkan masalah
kepada Mince Gondangdia.
Sesampainya Hans
dikamarnya Happy, Hans menceritakan tentang kejadian ini. Tak lama berselang,
datanglah Troll yang mengganggu di kamar Happy. Namun, Troll itu dapat dibasmi
oleh Prof. Snapan sebelum membunuh Hans dan Happy. Hans dan Happy digiring
menuju kantong rahasia yang akan membawa mereka ke sebuah lapangan golf.
Tetapi, Hans menolak karena ingin mencari Marissa yang hilang saat diabsen
untuk masuk ke kantong rahasia itu.
Ternyata benar
dugaan Hans, Marissa sedang pingsan di ruangan Mince Gondangdia karena ada dua
ular Basilisk di sana. Tak panjang pikir lagi, Hans pun mencoba mengalihkan
perhatian kedua ular itu dengan bunyi yang berasal dari kacamata yang dilempar.
Akhinya kedua ular itu teralihkan perhatiannya dan Hans membawa Marissa ke
dalam kantong rahasia.
Sementara itu,
Mince Gondangdia dan para pengajar lainnya sedang sibuk untuk membunuh Ent,
satu dari tiga penyihir jahat, dengan memakai bola Quidbogg. Ternyata, Mince
Gondangdia berhasil membunuh penyihir Ent tersebut.
Di sisi lain, Hans
dan Marissa telah berada di lapangan golf dan merasakan adanya kejanggalan.
Hans merasakan adanya pengkhianat di lapangan golf ini. Ternyata Moni dan Noni,
Simpanse peliharaan Fills, itulah pengkhianatnya. Mereka berdua berubah wujud
menjadi penyihir Vol dan Kwag. Kedua penyihir itu membatukan para murid-murid
termasuk Hans dan hanya menyisakan Happy sendirian.
Tiba-tiba
muncullah sang penyihir Grundel dari tanda huruf ‘S’ pada kening Happy.
Penyihir Grundel merupakan penyihir yang diincar oleh Penyihir Vol-Kwag-Ent
untuk mendapatkan kekuatan sihir yang tiada tertandingi milik penyihir Grundel.
Namun, penyihir Grundel tidak mau dan masuk kembali ke kening Happy. Vol
menangkap kaki Grundel dan Kwag membantu menahan Vol dengan membesarkan
tubuhnya berkali-kali lipat. Alhasil, Vol pun terbakar hangus oleh api yang
keluar di kaki Grundel, sedangkan Kwag mati karena tubuhnya pecah akibat tidak
dapat berhenti menggelembung.
Setelah dua hari,
Hans pun kembali menjadi manusia setelah membatu oleh sihir dari penyihir Vol
dan Kwag. Huruf ‘S’ dikeningnya Hans pun hilang berkat kecupan dari enam
pengajar sihir dan satu kecupan dari Marissa. Saat itu juga Hans dipulangkan
dengan waktu yang diputar mundur persis saat ia sedang mengejar-ngejar bus
Kopaja nomor 57. Tepatnya di Kramat Jati, Jakarta.
3.3 Tahap Interpretasi
Tahap penafsiran atau interpretasi
karya sastra adalah tahap penjelasan atau penerangan karya sastra. Menafsirkan
karya sastra berarti menangkap makna karya sastra, tidak hanya menurut apa
adanya, tetapi menerangkan juga apa yang tersirat dengan mengemukakan pendapat
sendiri. Interpretasi, dalam arti sempit, adalah usaha untuk memperjelas arti
bahasa dengan cara menguraikan, memparafrasekan, dan mengomentari. Membuat
kejelasan arti atau makna karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai medianya
merupakan interpretasi dalam arti luasnya. Dalam
novel “Happy Porter” ini terdapat 20 segmen cerita dan penulis akan membahasnya
perbagian tersebut.
a)
Pagi Yang Tidak Biasa
“....Beberapa
pengendara motor meminggirkan motornya, menyaksikan burung-burung hantu itu
terbang dengan lamban menembus awan. Seorang pencopet berhasil memanfaatkan
keadaan.... ” (hal 1)
Interpretasinya yakni pencopet atau
sebut saja pencuri banyak melakukan aksinya atas dasarnya keadaaan yang bisa
memungkinkannya untuk melakukan aksi kejahatan.
b) Portal Menuju Dunia Lain
“Mana-mana
tahan, mana-mana tahan lihat zaman sekarang, pemuda pemudi berani pacaran di
tengah jalan...” rintihnya sambil membunyikan kecrekan tutup teh botol. (hal
13)
Interpretasinya
yakni banyak kawula muda yang gaya berpacarannya sangatlah bebas hingga tidak
tahu tempat untuk berpacaran.
“Seperti
banyaknya koruptor yang mendadak sakit saat akan sidang di pengadilan. Ini
pasti pengaruh dari sihir jahat.” (hal 21)
Interpretasinya
yakni ada koruptor yang sedang disidang oleh badan hukum di pengadilan,
tiba-tiba terkena penyakit secara mendadak.
c)
Tempat di Mana Bulan Pun Dijual
“Penyihir
dari Jakarta menggunakan apa?” buru Hans. “Becak terbang!”. (hal 27)
Interpretasinya
yakni seandainya becak bisa terbang, maka saat ini becak masih diperbolehkan
beroperasi di jalan raya Ibu Kota Jakarta.
“Ia pengadu
domba sejati. Ia memengaruhi penyihir-penyihir baik dan mencuci-otak agar
beralih menjadi pengikut setianya....” (hal 30)
Interpretasinya
yakni dengan mencuci otak manusia saja, manusia dapat dijadikan sebagai
pengikut setia dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengadu domba dengan
orang lain.
“langit-langit
malam dengan bintang-bintang dan bulan terbentang di atas. Luas, tanpa batas.
Sepasang bintang jatuh bergerak bersahutan dari barat menuju tenggara,
mengingatkan akan langit pedesaan. Atau, Planetarium Taman Ismail Marzuki?....”
(hal 33)
Interpretasinya
yakni langit-langit malam di Jakarta tidak seperti di pedesaan yang terang
bintang dan bulannya dapat dinikmati secara langsung. Sementara itu di Jakarta
sendiri, langit-langit malam dengan indahnya bintang dan bulan hanya dapat
dilihat di Planetarium Taman Ismail Marzuki.
d) Manusia Bodoh
“Permisi”
Hans menerobos antrean panjang dari toko minyak tanah loliloil yang menjulur
sampai ke tengah jalan. Rupanya tidak hanya dinegaranya saja orang-orang harus
mengantre membeli minyak tanah. (hal 49)
Interpretasinya
yakni kelangkaan minyak tanah memang sudah menjadi fenomena yang tidak asing
lagi. Bahkan, orang-orang rela mengantri hanya untuk mendapatkan beberapa liter
minyak tanah.
“pelayanan
Larsson Laron Bar mirip dengan pelayanan restoran kelas atas di dunia manusia.
Bedanya, restoran kelas atas mengharuskan pengunjungnya memakai jas, atau bisa
dipinjamkan sebuah jas untuk sementara waktu....” (hal 53)
Interpretasinya
yakni kebanyakan restoran kelas atas mewajibkan kepada para pembelinya untuk
memakai jas agar berkesan suatu kemewahan yang hanya bisa didapatkan direstoran
kelas atas.
e)
Tanda Petir Pada Kening Hans
Tidak ada kalimat yang mengandung
kejutan di dalamnya.
f)
Pemerhati Binatang yang Fanatik
“Hans tidak
percaya, ombak tadi yang mengambil jam tangan dan HP-nya sebagai upah? Tidak
ada yang gratis ternyata, di belahan dunia mana pun.” (hal 83)
Interpretasinya
yakni zaman sekarang bila menggunakan jasa orang sudah lah tidak tanpa pamrih
lagi. Saat ini, tanpa pamrih hanya untuk kalangan yang gengsi mengemis.
“Sebagian
memang gundul karena dimakan Prayar. Namun, sebagian lagi sudah lama gundul
karena para penyihir egois menebang pohon-pohon untuk dijadikan tongkat sihir,
sapu terbang, gerobak terbang, tusuk gigi gaib, dan perlengkapan sihir lainnya.”
kali ini Jangker yang bersuara (hal 91)
Interpretasinya
yakni hutan guntul karena pepohonannya ditebang dan digunakan untuk keperluan
yang tidak terlalu penting buat rakyat. Pohon-pohon itu ditebang hanya untuk
kepentingan orang-orang egoisn yang berkantong tebal atau orang-orang egois
yang memiliki kekuasaan.
g)
Terbang Bersama Melanie
“Ia pun
mulai membelai. Menggelitik. Menggaruk. Mengusap-usap mesra. Menggambarkan
tanda bintang, tiga buah angka lima, dan tanda pagar di sekitar punggung
melanie....” (hal 109)
Interpretasinya
yakni tanda bintang, tiga buah angka lima, dan tanda pagar merupakan sebuah
simbol dari keinstanan duniawi. Hanya dengan menekan itu saja maka kita akan
mendapatkan fasilitas yang ditawarkan, tapi tidak setara dengan kerugian yang
diterima.
h) Halloween Para Goblin
“Ayo makan
sampai mati di McDonking!”, “Gratis anak ayam di setiap pembelian anak singa di
Kupermart!”, “Pesta diskon besar-besaran tiap tengah malam di Goblin Town
Square!” (hal 119)
Interpretasinya
yakni salah satu realita kehidupan bahwa manusia bergantung pada perusahaan
yang menyediakan kebutuhan jasmani dan rohani.
i)
Happy, Romeo dan Harmonika
“....Sudah
lama juga saya tidak dikunjungi manusia. Terakhir kali dikunjungi manusia,
mesin cuci dan kompor gas saya hilang.” (hal 140)
Interpretasinya
yakni tamu adalah pengunjung yang harus dihormati. Namun, kini tamu adalah
pengunjung yang patut diwaspadai karena bisa saja jika ada tamu tak dikenal, ia
akan membobol semua harta benda yang tersedia di dalam rumah.
j)
Hommy Worky Ekpress
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
k)
Sekolah Sihir Homework
“Razia DVD
bajakan di mana-mana,” bisik Hugme di telinga sang hantu. “Jadi maaf, saat
mampir di Jakarta, saya tidak sempat membeli DVD serial Korea, Princess Hours.”
(hal 182)
Interpretasinya
yakni pembajakan memang harus dilawan. Namun, sebagai rakyat kecil yang
memperoleh nafkah melalui barang bajakan itu sepatutnya menanggung konsekuensi
yang sepadan dengan tindakannya.
l)
Penyihir Jahat
“....Jalan
itu menurun ke arah bawah. Tajam, panjang, berkelok-kelok dan mengasyikkan,
seperti perosotan kolam Riam Jeram, Gelanggang Renang di Ancol....” (hal 185)
Interpretasinya
yakni perosotan air yang paling memuaskan hanya ada di Ancol saja, tidak ada di
tempat lain.
m) Mengendarai Sapu Terbang
“Happy
memang hebat dalam mengendarai sapu terbang. Ia dapat menghindar dengan lincah,
tanpa menyentuh sedikit pun, dari kawanan burung nazar yang terbang malas
dengan perut kembung kenyangnya, sehabis berpesta pora, memakai tujuh bangkai
menjangan yang mati mendadak sehabis meminum air sungai yang sudah tercemar
limbah pabrik stocking.” (204)
Interpretasinya
yakni air sungai sudah tidak lagi dipandang oleh orang-orang yang tidak
mencintai lingkungan, terutama orang-orang yang membangun pabrik. Mereka dengan
seenaknya membuang limbah ke sungai dengan sesuka hati mereka tanpa memikirkan
resiko yang terjadi.
n) Belimbing Bertuah
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
o) Arti Sebuah kacamata
Imitasi
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
p) Kantong Rahasia
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
q) Perang Quidbogg
“Kelakuan si kucing
garong, maen hajar, maen sikat, apa sing liwat.” Volkwagent bersenandung. (hal
265)
Interpretasinya
yakni kelakuan manusia pada zaman sekarang yang sudah hilang moralitasnya. Apa
pun yang menarik baginya, langsung diambil sebagai kepunyaannya ssendiri.
r)
Lebih dari Satu Pengkhianat
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
s)
Waktu Berputar Mundur
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
t)
Kembali ke Jakarta
“Jakarta?”
Ia melihat keadaan di dalam kamar toilet. Dari bentuk kakus, bak mandi, dan
kucuran air keran yang tersendat-sendat, ia bisa memastikan. Hans
mengibas-ibaskan kedua tangannya ke arah hidung. Hawa yang sangat ia kenal.
Tidak salah lagi. Ini adalah hawa Jakarta. Hawa ibu kota negara Indonesia
tercinta..... (hal 303)
Interpretasinya
yakni pemandangan khas yang ada di Jakarta. Mulai dari hawanya yang bau
sungai-sungai tercemar dan tumpukan sampah yang terus menggunung.
3.4 Tahap Analisis
Tahap analisis atau menguraikan
adalah tahap kritik yang sudah menguraikan data. Pada tahap ini kritikus sudah
mencari-cari makna, membandingkan-bandingkan dengan karya sastra yang lain,
dengan sejarah atau kenyataan yang ada di masyarakat. Pada tahap ini, penulis
menggunakan pisau analisis berupa estetika resepsi sastra sebagai acuan berpikir kompleks. Analisis novel
“Happy Porter” dilakukan segmen per segmen. Dengan ini akan memudahkan penulis
untuk menganalisis novel “Happy Porter” ini.
a)
Pagi Yang Tidak Biasa
“....Beberapa
pengendara motor meminggirkan motornya, menyaksikan burung-burung hantu itu
terbang dengan lamban menembus awan. Seorang pencopet berhasil memanfaatkan
keadaan.... ” (hal 1)
Pencopet merupakan pekerjaan yang
memiliki resiko tinggi tapi dengan hasil yang memuaskan. Pencopet hanya akan
melakukan aksi kejahatannya bila keadaannya memungkinkan. Entah itu saat kita
lengah akibat perhatian kita teralih pada sesuatu yang membuat kita ingin tahu
apa yang sedang terjadi.
Pencopet masa kini tidak lagi bekerja
secara individu, tapi sudah mulai berkelompok. Selain itu, pencopet juga tidak
lagi mengenakan pakaian yang kotor dan kumal. Namun, kebanyakan memakai pakaian
yang keren-keren agar tidak mencurigakan lagi. Dengan kemajuan ilmu dan
teknologi, pencopet pun tak ingin kalah saing dengan persaingan zaman sekarang.
b) Portal Menuju Dunia Lain
“Mana-mana
tahan, mana-mana tahan lihat zaman sekarang, pemuda pemudi berani pacaran di
tengah jalan...” rintihnya sambil membunyikan kecrekan tutup teh botol. (hal
13)
Pacaran
merupakan salah satu kegiatan para anak muda yang tidak lagi mementingkan
agamanya. Faktanya, kebanyakan orang pacaran hanya ingin memuaskan nafsu
biologis mereka terhadap lawan jenis. Hingga pada akhirnya terjadi pergaulan
bebas hingga free sex.
Lokasi
tempat untuk berpacaran pun tak lagi mencari tempat-tampat yang sepi dan gelap.
Demi mencapai kepuasan, jalanan hingga sekolah pun dijadikan tempat untuk
saling mencurahkan kasih sayang tanpa jalinan ikatan pernikahan.
“Seperti
banyaknya koruptor yang mendadak sakit saat akan sidang di pengadilan. Ini
pasti pengaruh dari sihir jahat.” (hal 21)
Koruptor
memang sudah sepantasnya saja dihukum dengan seberat-beratnya. Namun, ada
keanehan terhadap koruptor-koruptor di zaman sekarang. Ketika belum masuk meja
hijau, para koruptor itu sehat wal afiat. Namun, ketika menjelang waktunya
persidangan, ada saja alasan yang dikemukakan. Tapi kebanyakan alasannya adalah
sakit. Sakit dadakan akibat kecemasan atas putusan hakim nantinya. Alhasil,
sidang pun ditunda hingga sang koruptor itu sembuh. Sungguh aneh hukum di
negeri Indonesia tercinta ini
c)
Tempat di Mana Bulan Pun Dijual
“Penyihir
dari Jakarta menggunakan apa?” buru Hans. “Becak terbang!”. (hal 27)
Becak,
sebuah alat transportasi darat beroda tiga dan dijalankan dengan tenaga
manusia, merupakan salah satu alat transportasi yang pernah ada di Jakarta.
Namun, saat ini sudah tidak ada lagi becak yang berlalu lalang di jalan
protokol ibu kota. Hal ini disebabkan kemacetan yang dibuat oleh becak-becak
itu. Padahal, di kota Depok itu masih ada becak yang beroperasi dan tidak
menyebabkan kemacetan parah. Mungkin pemerintah DKI saja yang terkesan ingin
menjadi kota modern dalam hal transportasi. Buktinya saja, pengadaan Transjakarta
yang “katanya” akan mengurangi kemacetan. Faktanya sama saja macetnya sebelum
becak itu disingkirkan.
“Ia pengadu
domba sejati. Ia memengaruhi penyihir-penyihir baik dan mencuci-otak agar
beralih menjadi pengikut setianya....” (hal 30)
Saat
ini sedang marak modus pencucian otak yang dilakukan oleh komplotan NII. NII
mencuci otak para relawannya guna mengadu domba antara sesama manusia. Selain
itu, korban-korban pencucian otak itu digunakan sebagai umpan untuk melumpuhkan
negara Indonesia. Seharusnya kita waspada terhadap modus pencucian otak ini
demi keutuhan NKRI.
“langit-langit
malam dengan bintang-bintang dan bulan terbentang di atas. Luas, tanpa batas.
Sepasang bintang jatuh bergerak bersahutan dari barat menuju tenggara,
mengingatkan akan langit pedesaan. Atau, Planetarium Taman Ismail Marzuki?....”
(hal 33)
Gedung-gedung
pencakar langit yang ada di kota Jakarta saat ini seperti sedang berburu harta
karun. Bayangkan saja, banyaknya gedung-gedung pencakar langit itu hingga
membuat langit-langit Jakarta kala malam hari tersamarkan oleh terangnya
lampu-lampu penerang pada gedung-gedung pencakar langit itu.
Buah
dari pembangunan yang tidak mementingkan keindahan alam hingga keindahan kala
malam hari. Bayangkan saja, orang-orang di Jakarta disajikan pemandangan
bintang-bintang dan bulan kala malam hanya lewat atraksi yang berlangsung di
Planetarium Taman Ismail Marzuki. Selebihnya, langit-langit Jakarta kala malam
hari hanya berupa kerlipan lampu-lampu pencakar langit. Sungguh malang nasib
dari generasi penerus yang hanya bisa menikmati keindahan langit-langit kala malam
di Jakarta hanya di Planetarium saja.
d) Manusia Bodoh
“Permisi”
Hans menerobos antrean panjang dari toko minyak tanah loliloil yang menjulur
sampai ke tengah jalan. Rupanya tidak hanya dinegaranya saja orang-orang harus
mengantre membeli minyak tanah. (hal 49)
Minyak
tanah mirip seperti harta karun yang sangat langka untuk didapatkan oleh rakyat
jelata. Mulai dari harganya yang melambung hingga 300% dan persediaannya yang
sangat dibatasi. Hal ini seperti implikasi dari promosi pemakaian gas elpiji
yang mulai diberlakukan oleh pemerintah pusat.
Promosi
gas elpiji tidak sejalan dengan keamanan yang ditawarkan. Banyak berita-berita,
entah itu lewat media surat kabar atau elektronik, yang memberitakan tentang
meledaknya tabung gas elpiji yang didesain dan dibuat oleh pemerintah pusat.
Namun, tetap saja minyak tanah langka untuk didapatkan.
“pelayanan
Larsson Laron Bar mirip dengan pelayanan restoran kelas atas di dunia manusia.
Bedanya, restoran kelas atas mengharuskan pengunjungnya memakai jas, atau bisa
dipinjamkan sebuah jas untuk sementara waktu....” (hal 53)
Restoran
kelas atas adalah restoran yang menyediakan fasilitas mewah untuk kalangan
kelas atas pula. Hal ini seperti mengajarkan sebuah kebohongan kepada para
pembeli sebab makanan yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan tempat makan
umum yang lainnya. Namun, pembeli harus membayar fasilitas dan pelayanan yang
diberikan oleh restoran kelas atas tersebut. Terlebih lagi dengan peraturannya
yang mengharuskan pembelinya memakai jas. Jas itu seperti sebuah simbol yang
menandakan mewahnya sebuah restoran kelas atas yang memang hanya diperuntukkan
hanya untuk golongan atas juga.
Imbasnya
pula terkena pada restoran atau rumah makan biasa yang citranya akan menurun
karena kelas pelayanan yang ditawarkan tidak sebaik dengan restoran kelas atas.
e)
Tanda Petir Pada Kening Hans
Tidak ada kalimat yang mengandung
kejutan di dalamnya.
f)
Pemerhati Binatang yang Fanatik
“Hans tidak
percaya, ombak tadi yang mengambil jam tangan dan HP-nya sebagai upah? Tidak
ada yang gratis ternyata, di belahan dunia mana pun.” (hal 83)
Zaman
sekarang kata pamrih seperti sebuah keharusan bagi orang-orang yang kurang
mampu. Hal ini karena pemakaian jasa terhadap seseorang sudah tidak lagi
dibalas dengan pahala, tapi harus dibalas dengan uang. Efek yang dapat
ditimbulkan yakni orang-orang menjadi seperti mata duitan atau ‘Pak Ogah’.
Misalnya
saja, parkiran dadakan yang ada dipinggir jalan. Setelah kita memberikan uang,
walau seribu rupiah saja, sama halnya dengan membayar jasa yang ditawarkan oleh
mereka. Namun, pernahkah terpikirkan, apakah jalanan itu adalah milik mereka
saja hingga mereka berani untuk membuka lahan parkir. Sebuah pendidikan
karakter yang buruk untuk penerus generasi bangssa selanjutnya.
“Sebagian
memang gundul karena dimakan Prayar. Namun, sebagian lagi sudah lama gundul
karena para penyihir egois menebang pohon-pohon untuk dijadikan tongkat sihir,
sapu terbang, gerobak terbang, tusuk gigi gaib, dan perlengkapan sihir
lainnya.” kali ini Jangker yang bersuara (hal 91)
Penyihir
egois melambangkan orang-orang egois yang mempunyai kekuasaan untuk menebang
hutan atau orang-orang yang secara sembunyi-sembunyi menebang hutan tanpa
memikirkan akibatnya nanti demi mendapatkan imbalan berupa uang. Padahal, uang
yang didapatkan oleh orang-orang egois itu tidak sepadan dengan penggunaan kayu
yang tepat guna. Bayangkan saja, kalau kayu-kayu di hutan ditebang hanya untuk
membuat tusuk gigi saja. Bahkan untuk diekspor secara illegal logging.
Sementara
pemerintah pusat telah membuat Departemen Kehutanan sejak lama. Namun, jika
dipantau lebih lanjut tidak jelas kerjanya. Sebab, faktanya saja penggundulan
hutan masih saja sering terjadi.
g)
Terbang Bersama Melanie
“Ia pun
mulai membelai. Menggelitik. Menggaruk. Mengusap-usap mesra. Menggambarkan
tanda bintang, tiga buah angka lima, dan tanda pagar di sekitar punggung
melanie....” (hal 109)
Tanda
bintang, tiga buah angka lima, dan tanda pagar merupakan sebuah simbol dari
keinstanan duniawi. Hanya dengan menekan itu saja maka kita akan mendapatkan
fasilitas yang ditawarkan, tapi tidak setara dengan kerugian yang diterima.
Sebuah
paket jasa telekomunikasi yang menawarkan kemudahan dapat mengakses informasi
tertentu. Namun, banyak konsumen yang merasakan dampak buruk yang ditimbulkan
dari penawaran jasa tersebut seperti pengurangan pulsa secara mendadak dan
tanpa pemberitahuan.
h) Halloween Para Goblin
“Ayo makan
sampai mati di McDonking!”, “Gratis anak ayam di setiap pembelian anak singa di
Kupermart!”, “Pesta diskon besar-besaran tiap tengah malam di Goblin Town
Square!” (hal 119)
Ayo makan sampai mati di McDonking,
seperti sebuah semboyan yang tak asing ditelinga kita. Saat ini promosi dari
McDonking a.k.a McDonald memang sangat fantastis. Mereka menawarkan paket
makanan cepat saji yang penuh kelezatan rasa, tapi tidak bergizi. Hal ini
karena makanan cepat saji itu hanya menawarkan kepuasan perut tanpa nutrisi
yang terkandung di dalamnya.
Gratis anak ayam di setiap pembelian anak
singa di Kupermart, seperti sebuah semboyan yang ada di toko kelontong modern.
Kupermart a.k.a supermarket atau minimarket merupakan toko yang menjual
kebutuhan sehari-hari manusia, namun dengan harga yang mahal. Tetapi kebanyak
orang beranggapan bahwa belanja di sana adalah sebuah gaya hidup manusia masa
kini. Dengan adanya Kupermart tersebut dapat membuat toko kelontong menjadi
gulung tikar. Oleh karena itu, orang-orang yang belanja di Kupermart adalah
orang-orang kuper (kurang pergaulan). Apalagi dengan promosinya, belanja
minimal untuk mendapatkan hadiah maksimal. Inilah pembodohan karakter yang
luput dari perhatian orang.
Pesta diskon besar-besaran tiap tengah
malam di Goblin Town Square seperti sebuah semboyan bagi mall-mall yang ada di Indonesia.
Diskon yang ditawarkan memang besar tapi besar juga penipuan yang terdapat di
dalamnya. Kebohongan mengenai pengecohan harga yang menipu mata-mata
pembelinya. Ini pun menjadi pembodohan karakter terhadap masyarakat Indonesia
demi meraup untung yang melimpah.
i)
Happy, Romeo dan Harmonika
“....Sudah
lama juga saya tidak dikunjungi manusia. Terakhir kali dikunjungi manusia,
mesin cuci dan kompor gas saya hilang.” (hal 140)
Zaman
masa kini, tidak ada yang dapat dipercayai bahkan keluarga dekat sekalipun.
Entah dengan alasan meminjam, banyak orang yang memanfaatkannya demi
mendapatkan barang secara gratis. Sudah tidak adakah lagi rasa kekerabatan
dalam menghormati orang lain.
j)
Hommy Worky Ekpress
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
k)
Sekolah Sihir Homework
“Razia DVD
bajakan di mana-mana,” bisik Hugme di telinga sang hantu. “Jadi maaf, saat
mampir di Jakarta, saya tidak sempat membeli DVD serial Korea, Princess Hours.”
(hal 182)
Pembajakan
memang harus dilawan. Namun, sebagai rakyat kecil yang memperoleh nafkah
melalui barang bajakan itu sepatutnya menanggung konsekuensi yang sepadan
dengan tindakannya. Terkadang razia yang dilancarkan tidak sesuai dengan
peraturan. Kekerasan pun terjadi jika pemilik toko barang bajakan itu tidak
berkoperatif dalam razia ini.
l)
Penyihir Jahat
“....Jalan
itu menurun ke arah bawah. Tajam, panjang, berkelok-kelok dan mengasyikkan,
seperti perosotan kolam Riam Jeram, Gelanggang Renang di Ancol....” (hal 185)
Interpretasinya
yakni perosotan air yang paling memuaskan hanya ada di Ancol saja, tidak ada di
tempat lain. Sebuah promosi yang hanya mengunggulkan Ancol daripada tempat lain
yang memiliki perosotan yang sama. Persaingan memang sangatlah ketat demi
mendapatkan pelanggan.
m) Mengendarai Sapu Terbang
“Happy
memang hebat dalam mengendarai sapu terbang. Ia dapat menghindar dengan lincah,
tanpa menyentuh sedikit pun, dari kawanan burung nazar yang terbang malas
dengan perut kembung kenyangnya, sehabis berpesta pora, memakai tujuh bangkai
menjangan yang mati mendadak sehabis meminum air sungai yang sudah tercemar
limbah pabrik stocking.” (204)
Air
sungai sudah tidak lagi dipandang oleh orang-orang yang tidak mencintai
lingkungan, terutama orang-orang yang membangun pabrik. Mereka dengan seenaknya
membuang limbah ke sungai dengan sesuka hati mereka tanpa memikirkan resiko
yang terjadi.
Air
sungai menjadi keruh dan tidak dapat dikonsumsi lagi. Namun, tidak ada
pertanggungjawaban ataupun rasa bersalah bagi pemilik pabrik-pabrik yang
membangun pabriknya dekat sungai. Hal ini karena pemilik pabrik itu tidak mau
rugi dalam urusan pendaurulangan air limbahnya.
Pemerintah
sendiri pun tidak ada campur tangan dalam hal ini seperti mulut-mulut mereka
telah disumbat oleh uang dari para pemilik pabrik tersebut. Indonesia hanya
tinggal menunggu hancur dengan sendirinya jika masalah ini tidak dituntaskan
hingga ke akarnya.
n) Belimbing Bertuah
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
o) Arti Sebuah kacamata
Imitasi
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
p) Kantong Rahasia
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
q) Perang Quidbogg
“Kelakuan si kucing
garong, maen hajar, maen sikat, apa sing liwat.” Volkwagent bersenandung. (hal
265)
Kelakuan manusia
pada zaman sekarang yang sudah hilang moralitasnya. Apa pun yang menarik
baginya, langsung diambil sebagai kepunyaannya sendiri. Dalam bahasa lain bisa
dianggap kleptomania atau orang-orang yang suka mengambil barang orang lain.
r)
Lebih dari Satu Pengkhianat
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
s)
Waktu Berputar Mundur
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
t)
Kembali ke Jakarta
“Jakarta?”
Ia melihat keadaan di dalam kamar toilet. Dari bentuk kakus, bak mandi, dan
kucuran air keran yang tersendat-sendat, ia bisa memastikan. Hans
mengibas-ibaskan kedua tangannya ke arah hidung. Hawa yang sangat ia kenal.
Tidak salah lagi. Ini adalah hawa Jakarta. Hawa ibu kota negara Indonesia
tercinta..... (hal 303)
Jakarta
sebagai ibu kota negara Indonesia tercinta sudah sepatutnya memiliki citra yang
baik terhadap propinsi-propinsi lainnya. Namun, lingkungan di sekitar Jakarta
yang sudah rusak akibat perbuatan manusia itulah yang membuat Jakarta menjadi
kota yang siapa hancur kapan saja. Apalagi hawa yang terpancar sudahlah berbaur
dengan bau-bau yang tidak sedap dihirup. Bau-bau itu berasal dari sampah yang
terus menumpuk tiada hentinya, arus kendaraan yang tiada tertidur hingga
membuat debu-debu terus beterbangan, dan sungai-sungai yang telah tercemar oleh
limbah-limbah pabrik.
Inilah
gambaran ibu kota Jakarta yang tidak pernah merampungkan pekerjaan rumahnya.
Haruslah setiap warga kota Jakarta memasang AC demi mendapatkan kualitas udah
yang bagus. Untuk mendapatkan udara yang bagus saja kita harus membayar,
apalagi setelah meninggal kita juga perlu berpesan kepada anak-anak kita agar
menabung untuk mempertahankan nisan orangtuanya di kuburan.
3.5 Tahap Penilaian
Pembaca sebagai sastrawan pasif,
hendaklah memberikan penilaian terhadap cipta sastra secara objektif pula.
Katakanlah itu bagus dan ini buruk, namun uraikanlah alasan-alasannya secara
argumentatif-objektif. Dengan begitu pembaca akan mengalami katarsis pula,
yakni kelegaan yang meliputi batin karena dapat menjawab mengapa cipta sastra
suatu karya berhasil.
Setelah
panjang lebar membahas novel “Happy Porter” karya Yokie Adityo ini, penulis
memberikan penilaian kalau novel ini patut untuk dibaca. Hal ini karena selain
di dalamnya berisi lelucon-lelucon yang dapat mengocok perut kita, juga berisi
hal-hal yang berhubungan dengan kota Jakarta beserta masalah-masalah yang ada
di Jakarta tersebut.
Selain
itu, banyak pesan moral yang secara tersirat disampaikan dalam bagian-bagian
novel ini. Inilah kejutan-kejutan yang menarik bagi pembaca yang membuat
pembaca menjadi penasaran terhadap novel ini.
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan
kritik sastra dengan pendekatan estetika resepsi sastra terhadap novel “Happy
Porter” Karya Yokie Adityo yaitu novel ini penuh dengan lelucon-lelucon segar.
Tidak hanya itu saja, banyak hal-hal yang diungkap secara tersirat di dalam
novel ini.
Kejutan-kejutan
yang ditawarkan dalam novel ini tentang pemandangan kota Jakarta dari berbagai
sudut pandang, mulai dari transportasi becak, pembangunan supermarket hingga
mall, aroma kota Jakarta yang setara toilet murahan, dan lain-lain.
Novel
ini patut dibaca oleh orang-orang terutama masyarakat Indonesia yang ingin tahu permasalahan kota
Jakarta. Selain itu, banyak pelajaran-pelajaran moralitas yang terkandung pada
novel “Happy Porter” ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Adityo, Yokie. 2007. Happy Porter. Yogyakarta:
C|Publishing
Anoegrajekti, Novi, dkk. 2008. Estetika: Sastra, Seni,
dan Budaya. Jakarta: UNJ Press
Kinayati. 2011. Mozaik
Kritik Sastra. Jakarta: UNJ
Tidak ada komentar:
Posting Komentar