Kamis, 26 Januari 2012

Kritik Sastra Tugas Akhir

I.                   PENDAHULUAN
1.1      Latar Belakang
            Sebuah novel yang banyak penggemarnya. Novel yang telah menghipnotis pembacanya dengan ratusan, bahkan ribuan kejutan imajinasi yang seakan-akan itu nyata dalam kehidupan asli. Novel itu memang novel yang bisa dibilang tidak ada tandingannya. Namun, apakah benar novel “Harry Potter” itu tidak ada tandingannya?
            Belum lama ini pada tahun 2007, lebih tepatnya bulan Juli, ada hal yang tidak terduga. Muncul kepermukaan dengan tiba-tiba dan menggemparkan kalangan penikmat novel “Harry Potter”. Ada apa gerangan? Ya, ada sebuah novel yang ingin bersaing secara sehat dengan novel “Harry potter” tersebut. Novel tersebut adalah novel yang berjudul “Happy Porter”.
            Pasti banyak orang yang merasa agak aneh dengan novel “Happy Porter” ini. Namun, cobalah untuk membeli atau meminjam novel ini dengan tujuan yang baik yaitu untuk membacanya. Mengapa begitu? Karena novel “Happy Porter” ini sangatlah penuh dengan kejutan. Kejutan yang hampir sama dengan kejutan yang kita temukan dalam novel “Harry Potter”.
            Kejutan-kejutan itu seakan-akan membuat para penikmat atau pembaca novel “Happy Porter” tersebut menjadi ketagihan untuk membaca novel ini lagi.  Lalu, seberapa jauh novel “Happy Porter” ini dapat membuat para pembacanya menjadi tertarik untuk membaca novel “Happy Porter” ini? Selain itu, apakah novel Happy Porter ini memiliki tujuan lain dalam pembuatannya guna menyaingi novel “Happy Potter”?
            Oleh karena itu, melalui makalah ini akan dibahas mengenai kejutan-kejutan yang terdapat novel “Happy Porter” melalui pendekatan resepsi sastra. Untuk mengungkap kelebihan dan kekurangan yang terkandung dalam novel ini.
1.2      Rumusan Masalah
            Dari latar belakang yang sudah dijelaskan di atas, penulis merumuskan masalah yang akan dikaji, yakni “Seberapa Jauh novel Happy Porter dalam memberikan kejutan-kejutan kepada pembacanya?”
1.3      Tujuan Penulisan
            Makalah ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:
1)     Mengetahui seberapa jauh novel Happy Porter ini dalam memberikan kejutan-kejutan kepada pembacanya.
2)     Sebagai pengaplikasian dalam kritik sastra guna menilai suatu karya sastra berupa novel dari segi kelebihan dan kekurangannya
3)     Sebagai salah satu tugas akhir mata kuliah kritik sastra untuk syarat dalam mengikuti Ujian Akhir Semester


II          LANDASAN TEORI
2.1      Hakikat Resepsi Sastra
            Estetika resepsi sastra estetika[1] adalah estetika (ilmu keindahan) yang didasarkan pada bagaimana pembaca memberikan tanggapan terhadap karya sastra yang dibacanya, sehingga dapat memberikan makna terhadap karya sastra. Metode estetika resepsi sastra merupakan salah satu metode yang mendasarkan diri pada teori bahwa karya sastra sejak munculnya sudah mendapat tanggapan dari pembacanya. Apresiasi pembaca pertama terhadap karya sastra akan dilanjutkan dan diperkaya melalui tanggapan-tanggapan yang lebih lanjut dari generasi ke generasi.
            Dari waktu ke waktu karya sastra, lebih-lebih karya sastra yang penting, selalu mendapatkan tanggapan para pembaca. Tiap pembaca berbeda dalam menanggapi sebuah atau sekumpulan karya sastra. Oleh karena itu, makna suatu karya sastra akan selalu diperkaya. Dengan tanggapan para pembaca dari waktu ke waktu itu, makna karya sastra akan dapat lebih terungkap dan nilai sastranya pun dapat ditentukan dengan baik.
2.2      Metode Estetika Resepsi
            Teori estetika resepsi sastra menekankan perhatian utama pada pembaca karya sastra di antara jalinan segitiga: pengarang, karya sastra, dan masyarakat pembaca (Jauss, 1974:12). Sebuah karya sastra bukanlah objek yang berdiri sendiri dan memberikan wajah yang sama kepada tiap-tiap pembaca di setiap periode.
            Dalam metode estetika resepsi, berdasarkan prinsip di atas, diteliti tanggapan-tanggapan setiap periode yaitu tanggapan-tanggapan sebuah karya sastra oleh para pembacanya. Yang dimaksud pembaca dalam hubungan ini adalah pembaca yang cakap atau ahli. Mereka adalah para kritikus sastra dan ahli sastra yang dipandang dapat mewakili para pembaca dan periodenya.
            Untuk mengetahui tanggapan-tanggapan pembaca dapat dilakukan dengan cara (1) merekonstruksi bermacam-macam konkretisasi sebuah karya sastra dalam masa sejarahnya dan (2) meneliti hubungan di antara konkretisasi-konkretisasi itu di satu pihak dan di pihak lain meneliti hubungan di antara karya sastra dengan konteks historis yang dimiliki konkretisasi-konkretisasi itu (Segers, 1978:49)

III        PEMBAHASAN
3.1      Sistematika Kritik Sastra
            Seseorang yang akan melakukan kritik sastra dengan baik harus melalui tahapan-tahapan atau langkah-langkah yang sistematis dan operasional. Sistematika kritik sastra pada novel “Happy Porter” karya Yokie Adityo ini antara lain pertama tahap deskripsi yang akan menjelaskan mengenai biografi penulis dan sinopsis novel tersebut. Kedua tahap Interpretasi yang akan menjelaskan mengenai interpretasi apa saja yang terdapat pada novel tersebut melalui simbol-simbol yang ada. Ketiga tahap analisis yang akan menjelaskan mengenai kejutan-kejutan yang terdapat pada novel tersebut dan mengapa bisa dapat dikatakan kejutan serta historis yang terkandung di dalamnya. Keempat tahap penilaian yang akan menjelaskan mengenai evaluasi terhadap karya tersebut tentang baik dan buruknya karya tersebut terhadap pembacanya.
3.2      Tahap Deskripsi
            Tahap deskripsi karya sastra adalah tahap kegiatan memaparkan data apa adanya. Kegiatan deskripsi data ini hanya sekedar membaca dan memaparkan data apa adanya, tanpa penafsiran dan analisis. Tahap deskripsi ini juga harus dapat dipahami lebih lanjut sebagai bahan telaah atau pengkajian karya sastra dalam tahap penafsiran dan tahap analisis yang dilakukan berikutnya.
a)   Biografi Pengarang
Novel “Happy Porter” karangan Yokie Adityo ini merupakan novel ketiganya setelah novel lainnya yakni “Detective Diary” dan “Cinta Versi Cinjun”. Yokie Lahir di Jakarta, pada 1 Mei 1983. Ia adalah seorang mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Yokie adalah seseorang yang gemar menulis dan menuangkan segala sesuatu ke dalam tulisannya, entah itu kejadian yang ia alami sehari-hari atau tentang fenomena yang sedang trend saat ini.
b)   Sinopsis
Novel ini mengisahkan tentang seorang anak muda bernama Hans Prasnan yang merasakan keanehan di pagi hari ketika dia ingin pergi berlibur ke Bogor. Keanehan itu berupa adanya puluhan burung hantu yang terbang di langit. Saat itu dia sedang mengenal bus Kopaja nomor 57 jurusan Kampung Rambutan-Blok M, tapi tetap saja tidak dapat mengejar laju bus tersebut. Hingga akhirnya dia bertemu dengan Bang Boris yang bersedia mengantarkan Hans ke stasiun Kalibata.
Sesampainya di stasiun Kalibata, ia bertemu dengan Marissa. Namun, karena Marissa terlihat sangat terburu-buru hingga teriakan dari Hans pun tidak terdengar oleh Marissa saat Hans memanggilnya. Sandal merah milik Marissa pun tertinggal di dekat tiang peron saat Marissa tiba-tiba menghilang di balik peron. Hans pun mencoba melakukan hal yang sama dan ia berhasil menembus peron tersebut. Lalu Hans memasuki stasiun yang asing baginya.
Di Stasiun itu, Hans bertemu dengan goblin bernama Happy Porter. Happy Porter adalah salah satu goblin nomor satu dalam hal antar mengantar barang. Hans pun menyewanya dengan upah satu pak rokok Namibia yang setara dengan satu koin emas. Happy pun melayani Hans dan mengajaknya pergi ke pasar untuk menukarkan satu pak rokok Namibia dengan tiga puluh keping uang perak.
Sesampainya di pasar, Hans berjalan-jalan dan berhenti pada sebuah toko yang menjual bulan. Saat memasuki toko tersebut, Hans kaget karena sang pemilik tokonya yakni Miriam, ibunya Marissa. Miriam mengancam Hans bila ia membocorkankan ke pada manusia tentang keberadaan dunia Homework. Hans pun menyetujui permintaan Miriam tersebut dan ia dihadiahkan potongan bulan.
Hans keluar dari toko bulan itu dan kaget ketika melihat Happy sudah tak ada lagi di luar toko. Hans terus berjalan sendirian menuju toko Barter Carter untuk menukar satu pak rokoknya. Hujan pun turun dan membuat Hans harus berteduh. Ia berteduh di toko Larsson Laron Bar. Di tempat itu, ia bertemu dengan Hugme. Hugme mengajak Hans untuk masuk dan menikmati sajian yang ada di dalam bar tersebut. Sewaktu ingin memesan, Hans ijin sebentar ke toilet. Di toilet,  ia dibuat pingsan dan diculik oleh orang tak dikenal.
Saat terbangun dari pingsannya, Hans bingung karena sudah berada di ruangan yang asing, dengan keadaan tangan terikat. Di dalam ruangan tersebut, Hans hanya berdua saja dengan seseorang yang mengaku asistennya Hugme bernama Karius Bahar. Tak lama kemudian, datang dua penjaga dan menyiksa Hans dengan membuat sebuah tatto huruf S pada keningnya. Setelah, Hans mengarang mengenai informasi tentang Hugme, penderitaan Hans berhenti sejenak. Kemudian, asisten itu membantu Hans untuk melarikan diri dan berhasil kabur dari tempat itu.
Setelah berhasil kabur, Hans kini berada di dalam hutan dan bertemu dengan tiga centaurus. Para centaurus itu membawa Hans ke pemukiman mereka. Herbang, salah satu dari tiga centaurus itu memberitakan kepada Hans tentang ramalan akan terjadi perang dan diawali oleh seorang pria kurus dengan tanda petir di kening serta membawa sekeping koin perak digenggamannya. Pria kurus itu adalah Hans. Herbang pun memutuskan untuk membawa Hans ke sekolah sihir Homework. Namun, karena Hans harus naik kereta agar bisa sampai ke sekolah sihir Homework, maka Herbang memakai jasa goblin yang ada di desa Lonbig. Alhasil, Hans menginap semalam di perkampungan Lonbig tersebut.
Malam itu, Hans berjalan-jalan dan melihat Kebun Satwa Dunia Manusia. Di dalamnya, Hans bertemu dengan Anakonda Angola, seekor ular Boa yang berada dalam kandang. Ular itu berbicara dengan Hans, memakai bahasa ular untuk membantu melepaskannya dari kandang. Hans pun menurutinya dan ular itu keluar.
Keesokan harinya, Hans diantar ke stasiun Batakross dengan menunggang Melanie, seekor singa berkepala dan bersayap elang. Sesampainya di Batakross, Hans memesan tiket kereta dan mencari Happy. Di bantu oleh, Harmonika dan Romeo, Hans bertemu dengan Happy.
Di dalam kereta yang berjalan menuju sekolah sihir Homework, Happy bercerita tentang keberadaannya yang tiba-tiba hilang saat di toko Bulan. Tibalah di sekolah sihir Homework. Hans dan Happy langsung masuk ke dalam gerbang sekolah dan bertemu dengan Hugme. Hugme mengantarkan mereka ke ruangan dimana Mince Gondangdia berada.
Saat Hans dan Happy bertemu Mince Gondangdia, mereka baru tahu ternyata Mince Gondangdia itu adalah seorang nenek tua. Mince Gondangdia memeriksa tanda ‘S’ yang berada di kening Happy untuk memastikan bahwa tanda itu asli. Ternyata tanda di kening Happy itu. Happy dan Hans diminta untuk menginap semalam di sekolah sihir Homework.
Esok paginya, Hugme mengajak Hans dan Happy untuk naik sapu terbang ‘Nimba 41R’. Ternyata Happy sangat pandai dalam mengendarai sapu terbang tersebut. Murid-murid di sekolah sihir itu bertepuk tangan dan berebut untuk mendekati Happy. Hans menghindar dan ditarik oleh Marissa ke luar kerumunan. Lantas, Marissa mengajak Hans untuk membantunya mencari ‘belimbing bertuah’ guna praktikum herbologi.
Hans dan Marissa mencari ‘belimbing bertuah’ di hutan terlarang dengan seijin Hugme. Di hutan tersebut, mereka bertemu ular Basilisk. Ternyata ada tiga ular basilisk yang telah mencaplok tiga teman Marissa yakni, Krabipati, Malin dan Gong. Sebelum kabur dari hutan, Marissa menemukan tiga ‘belimbing bertuah’.
Setelah keluar dari hutan tersebut, Hans dan Marissa bertemu dengan Hugme untuk melaporkan kejadian ini. Lalu mereka membagi-bagi tugas. Hugme memeriksa hutan terlarang, Hans memberitahukan masalah ini kepada Happy, dan Marissa melaporkan masalah kepada Mince Gondangdia.
Sesampainya Hans dikamarnya Happy, Hans menceritakan tentang kejadian ini. Tak lama berselang, datanglah Troll yang mengganggu di kamar Happy. Namun, Troll itu dapat dibasmi oleh Prof. Snapan sebelum membunuh Hans dan Happy. Hans dan Happy digiring menuju kantong rahasia yang akan membawa mereka ke sebuah lapangan golf. Tetapi, Hans menolak karena ingin mencari Marissa yang hilang saat diabsen untuk masuk ke kantong rahasia itu.
Ternyata benar dugaan Hans, Marissa sedang pingsan di ruangan Mince Gondangdia karena ada dua ular Basilisk di sana. Tak panjang pikir lagi, Hans pun mencoba mengalihkan perhatian kedua ular itu dengan bunyi yang berasal dari kacamata yang dilempar. Akhinya kedua ular itu teralihkan perhatiannya dan Hans membawa Marissa ke dalam kantong rahasia.
Sementara itu, Mince Gondangdia dan para pengajar lainnya sedang sibuk untuk membunuh Ent, satu dari tiga penyihir jahat, dengan memakai bola Quidbogg. Ternyata, Mince Gondangdia berhasil membunuh penyihir Ent tersebut.
Di sisi lain, Hans dan Marissa telah berada di lapangan golf dan merasakan adanya kejanggalan. Hans merasakan adanya pengkhianat di lapangan golf ini. Ternyata Moni dan Noni, Simpanse peliharaan Fills, itulah pengkhianatnya. Mereka berdua berubah wujud menjadi penyihir Vol dan Kwag. Kedua penyihir itu membatukan para murid-murid termasuk Hans dan hanya menyisakan Happy sendirian.
Tiba-tiba muncullah sang penyihir Grundel dari tanda huruf ‘S’ pada kening Happy. Penyihir Grundel merupakan penyihir yang diincar oleh Penyihir Vol-Kwag-Ent untuk mendapatkan kekuatan sihir yang tiada tertandingi milik penyihir Grundel. Namun, penyihir Grundel tidak mau dan masuk kembali ke kening Happy. Vol menangkap kaki Grundel dan Kwag membantu menahan Vol dengan membesarkan tubuhnya berkali-kali lipat. Alhasil, Vol pun terbakar hangus oleh api yang keluar di kaki Grundel, sedangkan Kwag mati karena tubuhnya pecah akibat tidak dapat berhenti menggelembung.
Setelah dua hari, Hans pun kembali menjadi manusia setelah membatu oleh sihir dari penyihir Vol dan Kwag. Huruf ‘S’ dikeningnya Hans pun hilang berkat kecupan dari enam pengajar sihir dan satu kecupan dari Marissa. Saat itu juga Hans dipulangkan dengan waktu yang diputar mundur persis saat ia sedang mengejar-ngejar bus Kopaja nomor 57. Tepatnya di Kramat Jati, Jakarta.
3.3      Tahap Interpretasi
            Tahap penafsiran atau interpretasi karya sastra adalah tahap penjelasan atau penerangan karya sastra. Menafsirkan karya sastra berarti menangkap makna karya sastra, tidak hanya menurut apa adanya, tetapi menerangkan juga apa yang tersirat dengan mengemukakan pendapat sendiri. Interpretasi, dalam arti sempit, adalah usaha untuk memperjelas arti bahasa dengan cara menguraikan, memparafrasekan, dan mengomentari. Membuat kejelasan arti atau makna karya sastra yang menggunakan bahasa sebagai medianya merupakan interpretasi dalam arti luasnya. Dalam novel “Happy Porter” ini terdapat 20 segmen cerita dan penulis akan membahasnya perbagian tersebut.
a)        Pagi Yang Tidak Biasa
“....Beberapa pengendara motor meminggirkan motornya, menyaksikan burung-burung hantu itu terbang dengan lamban menembus awan. Seorang pencopet berhasil memanfaatkan keadaan.... ” (hal 1)
Interpretasinya yakni pencopet atau sebut saja pencuri banyak melakukan aksinya atas dasarnya keadaaan yang bisa memungkinkannya untuk melakukan aksi kejahatan.
b)       Portal Menuju Dunia Lain
“Mana-mana tahan, mana-mana tahan lihat zaman sekarang, pemuda pemudi berani pacaran di tengah jalan...” rintihnya sambil membunyikan kecrekan tutup teh botol. (hal 13)
     Interpretasinya yakni banyak kawula muda yang gaya berpacarannya sangatlah bebas hingga tidak tahu tempat untuk berpacaran.
“Seperti banyaknya koruptor yang mendadak sakit saat akan sidang di pengadilan. Ini pasti pengaruh dari sihir jahat.” (hal 21)
     Interpretasinya yakni ada koruptor yang sedang disidang oleh badan hukum di pengadilan, tiba-tiba terkena penyakit secara mendadak.
c)        Tempat di Mana Bulan Pun Dijual
“Penyihir dari Jakarta menggunakan apa?” buru Hans. “Becak terbang!”. (hal 27)
     Interpretasinya yakni seandainya becak bisa terbang, maka saat ini becak masih diperbolehkan beroperasi di jalan raya Ibu Kota Jakarta.
“Ia pengadu domba sejati. Ia memengaruhi penyihir-penyihir baik dan mencuci-otak agar beralih menjadi pengikut setianya....” (hal 30)
     Interpretasinya yakni dengan mencuci otak manusia saja, manusia dapat dijadikan sebagai pengikut setia dan dapat digunakan sebagai alat untuk mengadu domba dengan orang lain.
“langit-langit malam dengan bintang-bintang dan bulan terbentang di atas. Luas, tanpa batas. Sepasang bintang jatuh bergerak bersahutan dari barat menuju tenggara, mengingatkan akan langit pedesaan. Atau, Planetarium Taman Ismail Marzuki?....” (hal 33)
     Interpretasinya yakni langit-langit malam di Jakarta tidak seperti di pedesaan yang terang bintang dan bulannya dapat dinikmati secara langsung. Sementara itu di Jakarta sendiri, langit-langit malam dengan indahnya bintang dan bulan hanya dapat dilihat di Planetarium Taman Ismail Marzuki.
d)       Manusia Bodoh
“Permisi” Hans menerobos antrean panjang dari toko minyak tanah loliloil yang menjulur sampai ke tengah jalan. Rupanya tidak hanya dinegaranya saja orang-orang harus mengantre membeli minyak tanah. (hal 49)
     Interpretasinya yakni kelangkaan minyak tanah memang sudah menjadi fenomena yang tidak asing lagi. Bahkan, orang-orang rela mengantri hanya untuk mendapatkan beberapa liter minyak tanah.
“pelayanan Larsson Laron Bar mirip dengan pelayanan restoran kelas atas di dunia manusia. Bedanya, restoran kelas atas mengharuskan pengunjungnya memakai jas, atau bisa dipinjamkan sebuah jas untuk sementara waktu....” (hal 53)
     Interpretasinya yakni kebanyakan restoran kelas atas mewajibkan kepada para pembelinya untuk memakai jas agar berkesan suatu kemewahan yang hanya bisa didapatkan direstoran kelas atas.
e)        Tanda Petir Pada Kening Hans
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
f)         Pemerhati Binatang yang Fanatik
“Hans tidak percaya, ombak tadi yang mengambil jam tangan dan HP-nya sebagai upah? Tidak ada yang gratis ternyata, di belahan dunia mana pun.” (hal 83)
     Interpretasinya yakni zaman sekarang bila menggunakan jasa orang sudah lah tidak tanpa pamrih lagi. Saat ini, tanpa pamrih hanya untuk kalangan yang gengsi mengemis.
“Sebagian memang gundul karena dimakan Prayar. Namun, sebagian lagi sudah lama gundul karena para penyihir egois menebang pohon-pohon untuk dijadikan tongkat sihir, sapu terbang, gerobak terbang, tusuk gigi gaib, dan perlengkapan sihir lainnya.” kali ini Jangker yang bersuara (hal 91)
     Interpretasinya yakni hutan guntul karena pepohonannya ditebang dan digunakan untuk keperluan yang tidak terlalu penting buat rakyat. Pohon-pohon itu ditebang hanya untuk kepentingan orang-orang egoisn yang berkantong tebal atau orang-orang egois yang memiliki kekuasaan.
g)        Terbang Bersama Melanie
“Ia pun mulai membelai. Menggelitik. Menggaruk. Mengusap-usap mesra. Menggambarkan tanda bintang, tiga buah angka lima, dan tanda pagar di sekitar punggung melanie....” (hal 109)
     Interpretasinya yakni tanda bintang, tiga buah angka lima, dan tanda pagar merupakan sebuah simbol dari keinstanan duniawi. Hanya dengan menekan itu saja maka kita akan mendapatkan fasilitas yang ditawarkan, tapi tidak setara dengan kerugian yang diterima.
h)       Halloween Para Goblin
“Ayo makan sampai mati di McDonking!”, “Gratis anak ayam di setiap pembelian anak singa di Kupermart!”, “Pesta diskon besar-besaran tiap tengah malam di Goblin Town Square!” (hal 119)
     Interpretasinya yakni salah satu realita kehidupan bahwa manusia bergantung pada perusahaan yang menyediakan kebutuhan jasmani dan rohani.
i)          Happy, Romeo dan Harmonika
“....Sudah lama juga saya tidak dikunjungi manusia. Terakhir kali dikunjungi manusia, mesin cuci dan kompor gas saya hilang.” (hal 140)
     Interpretasinya yakni tamu adalah pengunjung yang harus dihormati. Namun, kini tamu adalah pengunjung yang patut diwaspadai karena bisa saja jika ada tamu tak dikenal, ia akan membobol semua harta benda yang tersedia di dalam rumah.
j)          Hommy Worky Ekpress
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
k)        Sekolah Sihir Homework
“Razia DVD bajakan di mana-mana,” bisik Hugme di telinga sang hantu. “Jadi maaf, saat mampir di Jakarta, saya tidak sempat membeli DVD serial Korea, Princess Hours.” (hal 182)
     Interpretasinya yakni pembajakan memang harus dilawan. Namun, sebagai rakyat kecil yang memperoleh nafkah melalui barang bajakan itu sepatutnya menanggung konsekuensi yang sepadan dengan tindakannya.
l)          Penyihir Jahat
“....Jalan itu menurun ke arah bawah. Tajam, panjang, berkelok-kelok dan mengasyikkan, seperti perosotan kolam Riam Jeram, Gelanggang Renang di Ancol....” (hal 185)
     Interpretasinya yakni perosotan air yang paling memuaskan hanya ada di Ancol saja, tidak ada di tempat lain.
m)     Mengendarai Sapu Terbang
“Happy memang hebat dalam mengendarai sapu terbang. Ia dapat menghindar dengan lincah, tanpa menyentuh sedikit pun, dari kawanan burung nazar yang terbang malas dengan perut kembung kenyangnya, sehabis berpesta pora, memakai tujuh bangkai menjangan yang mati mendadak sehabis meminum air sungai yang sudah tercemar limbah pabrik stocking.” (204)
     Interpretasinya yakni air sungai sudah tidak lagi dipandang oleh orang-orang yang tidak mencintai lingkungan, terutama orang-orang yang membangun pabrik. Mereka dengan seenaknya membuang limbah ke sungai dengan sesuka hati mereka tanpa memikirkan resiko yang terjadi.
n)       Belimbing Bertuah
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
o)       Arti Sebuah kacamata Imitasi
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
p)       Kantong Rahasia
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
q)       Perang Quidbogg
“Kelakuan si kucing garong, maen hajar, maen sikat, apa sing liwat.” Volkwagent bersenandung. (hal 265)
     Interpretasinya yakni kelakuan manusia pada zaman sekarang yang sudah hilang moralitasnya. Apa pun yang menarik baginya, langsung diambil sebagai kepunyaannya ssendiri.
r)         Lebih dari Satu Pengkhianat
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
s)        Waktu Berputar Mundur
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
t)         Kembali ke Jakarta
“Jakarta?” Ia melihat keadaan di dalam kamar toilet. Dari bentuk kakus, bak mandi, dan kucuran air keran yang tersendat-sendat, ia bisa memastikan. Hans mengibas-ibaskan kedua tangannya ke arah hidung. Hawa yang sangat ia kenal. Tidak salah lagi. Ini adalah hawa Jakarta. Hawa ibu kota negara Indonesia tercinta..... (hal 303)
     Interpretasinya yakni pemandangan khas yang ada di Jakarta. Mulai dari hawanya yang bau sungai-sungai tercemar dan tumpukan sampah yang terus menggunung.
3.4      Tahap Analisis
            Tahap analisis atau menguraikan adalah tahap kritik yang sudah menguraikan data. Pada tahap ini kritikus sudah mencari-cari makna, membandingkan-bandingkan dengan karya sastra yang lain, dengan sejarah atau kenyataan yang ada di masyarakat. Pada tahap ini, penulis menggunakan pisau analisis berupa estetika resepsi sastra  sebagai acuan berpikir kompleks. Analisis novel “Happy Porter” dilakukan segmen per segmen. Dengan ini akan memudahkan penulis untuk menganalisis novel “Happy Porter” ini.
a)        Pagi Yang Tidak Biasa
“....Beberapa pengendara motor meminggirkan motornya, menyaksikan burung-burung hantu itu terbang dengan lamban menembus awan. Seorang pencopet berhasil memanfaatkan keadaan.... ” (hal 1)
Pencopet merupakan pekerjaan yang memiliki resiko tinggi tapi dengan hasil yang memuaskan. Pencopet hanya akan melakukan aksi kejahatannya bila keadaannya memungkinkan. Entah itu saat kita lengah akibat perhatian kita teralih pada sesuatu yang membuat kita ingin tahu apa yang sedang terjadi.
Pencopet masa kini tidak lagi bekerja secara individu, tapi sudah mulai berkelompok. Selain itu, pencopet juga tidak lagi mengenakan pakaian yang kotor dan kumal. Namun, kebanyakan memakai pakaian yang keren-keren agar tidak mencurigakan lagi. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pencopet pun tak ingin kalah saing dengan persaingan zaman sekarang.
b)       Portal Menuju Dunia Lain
“Mana-mana tahan, mana-mana tahan lihat zaman sekarang, pemuda pemudi berani pacaran di tengah jalan...” rintihnya sambil membunyikan kecrekan tutup teh botol. (hal 13)
     Pacaran merupakan salah satu kegiatan para anak muda yang tidak lagi mementingkan agamanya. Faktanya, kebanyakan orang pacaran hanya ingin memuaskan nafsu biologis mereka terhadap lawan jenis. Hingga pada akhirnya terjadi pergaulan bebas hingga free sex.
     Lokasi tempat untuk berpacaran pun tak lagi mencari tempat-tampat yang sepi dan gelap. Demi mencapai kepuasan, jalanan hingga sekolah pun dijadikan tempat untuk saling mencurahkan kasih sayang tanpa jalinan ikatan pernikahan.
“Seperti banyaknya koruptor yang mendadak sakit saat akan sidang di pengadilan. Ini pasti pengaruh dari sihir jahat.” (hal 21)
     Koruptor memang sudah sepantasnya saja dihukum dengan seberat-beratnya. Namun, ada keanehan terhadap koruptor-koruptor di zaman sekarang. Ketika belum masuk meja hijau, para koruptor itu sehat wal afiat. Namun, ketika menjelang waktunya persidangan, ada saja alasan yang dikemukakan. Tapi kebanyakan alasannya adalah sakit. Sakit dadakan akibat kecemasan atas putusan hakim nantinya. Alhasil, sidang pun ditunda hingga sang koruptor itu sembuh. Sungguh aneh hukum di negeri Indonesia tercinta ini
c)        Tempat di Mana Bulan Pun Dijual
“Penyihir dari Jakarta menggunakan apa?” buru Hans. “Becak terbang!”. (hal 27)
     Becak, sebuah alat transportasi darat beroda tiga dan dijalankan dengan tenaga manusia, merupakan salah satu alat transportasi yang pernah ada di Jakarta. Namun, saat ini sudah tidak ada lagi becak yang berlalu lalang di jalan protokol ibu kota. Hal ini disebabkan kemacetan yang dibuat oleh becak-becak itu. Padahal, di kota Depok itu masih ada becak yang beroperasi dan tidak menyebabkan kemacetan parah. Mungkin pemerintah DKI saja yang terkesan ingin menjadi kota modern dalam hal transportasi. Buktinya saja, pengadaan Transjakarta yang “katanya” akan mengurangi kemacetan. Faktanya sama saja macetnya sebelum becak itu disingkirkan.
“Ia pengadu domba sejati. Ia memengaruhi penyihir-penyihir baik dan mencuci-otak agar beralih menjadi pengikut setianya....” (hal 30)
     Saat ini sedang marak modus pencucian otak yang dilakukan oleh komplotan NII. NII mencuci otak para relawannya guna mengadu domba antara sesama manusia. Selain itu, korban-korban pencucian otak itu digunakan sebagai umpan untuk melumpuhkan negara Indonesia. Seharusnya kita waspada terhadap modus pencucian otak ini demi keutuhan NKRI.
“langit-langit malam dengan bintang-bintang dan bulan terbentang di atas. Luas, tanpa batas. Sepasang bintang jatuh bergerak bersahutan dari barat menuju tenggara, mengingatkan akan langit pedesaan. Atau, Planetarium Taman Ismail Marzuki?....” (hal 33)
     Gedung-gedung pencakar langit yang ada di kota Jakarta saat ini seperti sedang berburu harta karun. Bayangkan saja, banyaknya gedung-gedung pencakar langit itu hingga membuat langit-langit Jakarta kala malam hari tersamarkan oleh terangnya lampu-lampu penerang pada gedung-gedung pencakar langit itu.
     Buah dari pembangunan yang tidak mementingkan keindahan alam hingga keindahan kala malam hari. Bayangkan saja, orang-orang di Jakarta disajikan pemandangan bintang-bintang dan bulan kala malam hanya lewat atraksi yang berlangsung di Planetarium Taman Ismail Marzuki. Selebihnya, langit-langit Jakarta kala malam hari hanya berupa kerlipan lampu-lampu pencakar langit. Sungguh malang nasib dari generasi penerus yang hanya bisa menikmati keindahan langit-langit kala malam di Jakarta hanya di Planetarium saja.
d)       Manusia Bodoh
“Permisi” Hans menerobos antrean panjang dari toko minyak tanah loliloil yang menjulur sampai ke tengah jalan. Rupanya tidak hanya dinegaranya saja orang-orang harus mengantre membeli minyak tanah. (hal 49)
     Minyak tanah mirip seperti harta karun yang sangat langka untuk didapatkan oleh rakyat jelata. Mulai dari harganya yang melambung hingga 300% dan persediaannya yang sangat dibatasi. Hal ini seperti implikasi dari promosi pemakaian gas elpiji yang mulai diberlakukan oleh pemerintah pusat.
     Promosi gas elpiji tidak sejalan dengan keamanan yang ditawarkan. Banyak berita-berita, entah itu lewat media surat kabar atau elektronik, yang memberitakan tentang meledaknya tabung gas elpiji yang didesain dan dibuat oleh pemerintah pusat. Namun, tetap saja minyak tanah langka untuk didapatkan.
“pelayanan Larsson Laron Bar mirip dengan pelayanan restoran kelas atas di dunia manusia. Bedanya, restoran kelas atas mengharuskan pengunjungnya memakai jas, atau bisa dipinjamkan sebuah jas untuk sementara waktu....” (hal 53)
     Restoran kelas atas adalah restoran yang menyediakan fasilitas mewah untuk kalangan kelas atas pula. Hal ini seperti mengajarkan sebuah kebohongan kepada para pembeli sebab makanan yang ditawarkan tidak jauh berbeda dengan tempat makan umum yang lainnya. Namun, pembeli harus membayar fasilitas dan pelayanan yang diberikan oleh restoran kelas atas tersebut. Terlebih lagi dengan peraturannya yang mengharuskan pembelinya memakai jas. Jas itu seperti sebuah simbol yang menandakan mewahnya sebuah restoran kelas atas yang memang hanya diperuntukkan hanya untuk golongan atas juga.
     Imbasnya pula terkena pada restoran atau rumah makan biasa yang citranya akan menurun karena kelas pelayanan yang ditawarkan tidak sebaik dengan restoran kelas atas.
e)        Tanda Petir Pada Kening Hans
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
f)         Pemerhati Binatang yang Fanatik
“Hans tidak percaya, ombak tadi yang mengambil jam tangan dan HP-nya sebagai upah? Tidak ada yang gratis ternyata, di belahan dunia mana pun.” (hal 83)
     Zaman sekarang kata pamrih seperti sebuah keharusan bagi orang-orang yang kurang mampu. Hal ini karena pemakaian jasa terhadap seseorang sudah tidak lagi dibalas dengan pahala, tapi harus dibalas dengan uang. Efek yang dapat ditimbulkan yakni orang-orang menjadi seperti mata duitan atau ‘Pak Ogah’.
     Misalnya saja, parkiran dadakan yang ada dipinggir jalan. Setelah kita memberikan uang, walau seribu rupiah saja, sama halnya dengan membayar jasa yang ditawarkan oleh mereka. Namun, pernahkah terpikirkan, apakah jalanan itu adalah milik mereka saja hingga mereka berani untuk membuka lahan parkir. Sebuah pendidikan karakter yang buruk untuk penerus generasi bangssa selanjutnya.
“Sebagian memang gundul karena dimakan Prayar. Namun, sebagian lagi sudah lama gundul karena para penyihir egois menebang pohon-pohon untuk dijadikan tongkat sihir, sapu terbang, gerobak terbang, tusuk gigi gaib, dan perlengkapan sihir lainnya.” kali ini Jangker yang bersuara (hal 91)
     Penyihir egois melambangkan orang-orang egois yang mempunyai kekuasaan untuk menebang hutan atau orang-orang yang secara sembunyi-sembunyi menebang hutan tanpa memikirkan akibatnya nanti demi mendapatkan imbalan berupa uang. Padahal, uang yang didapatkan oleh orang-orang egois itu tidak sepadan dengan penggunaan kayu yang tepat guna. Bayangkan saja, kalau kayu-kayu di hutan ditebang hanya untuk membuat tusuk gigi saja. Bahkan untuk diekspor secara illegal logging.
     Sementara pemerintah pusat telah membuat Departemen Kehutanan sejak lama. Namun, jika dipantau lebih lanjut tidak jelas kerjanya. Sebab, faktanya saja penggundulan hutan masih saja sering terjadi.
g)        Terbang Bersama Melanie
“Ia pun mulai membelai. Menggelitik. Menggaruk. Mengusap-usap mesra. Menggambarkan tanda bintang, tiga buah angka lima, dan tanda pagar di sekitar punggung melanie....” (hal 109)
     Tanda bintang, tiga buah angka lima, dan tanda pagar merupakan sebuah simbol dari keinstanan duniawi. Hanya dengan menekan itu saja maka kita akan mendapatkan fasilitas yang ditawarkan, tapi tidak setara dengan kerugian yang diterima.
     Sebuah paket jasa telekomunikasi yang menawarkan kemudahan dapat mengakses informasi tertentu. Namun, banyak konsumen yang merasakan dampak buruk yang ditimbulkan dari penawaran jasa tersebut seperti pengurangan pulsa secara mendadak dan tanpa pemberitahuan.
h)       Halloween Para Goblin
“Ayo makan sampai mati di McDonking!”, “Gratis anak ayam di setiap pembelian anak singa di Kupermart!”, “Pesta diskon besar-besaran tiap tengah malam di Goblin Town Square!” (hal 119)
     Ayo makan sampai mati di McDonking, seperti sebuah semboyan yang tak asing ditelinga kita. Saat ini promosi dari McDonking a.k.a McDonald memang sangat fantastis. Mereka menawarkan paket makanan cepat saji yang penuh kelezatan rasa, tapi tidak bergizi. Hal ini karena makanan cepat saji itu hanya menawarkan kepuasan perut tanpa nutrisi yang terkandung di dalamnya.
     Gratis anak ayam di setiap pembelian anak singa di Kupermart, seperti sebuah semboyan yang ada di toko kelontong modern. Kupermart a.k.a supermarket atau minimarket merupakan toko yang menjual kebutuhan sehari-hari manusia, namun dengan harga yang mahal. Tetapi kebanyak orang beranggapan bahwa belanja di sana adalah sebuah gaya hidup manusia masa kini. Dengan adanya Kupermart tersebut dapat membuat toko kelontong menjadi gulung tikar. Oleh karena itu, orang-orang yang belanja di Kupermart adalah orang-orang kuper (kurang pergaulan). Apalagi dengan promosinya, belanja minimal untuk mendapatkan hadiah maksimal. Inilah pembodohan karakter yang luput dari perhatian orang.
     Pesta diskon besar-besaran tiap tengah malam di Goblin Town Square seperti sebuah semboyan bagi mall-mall yang ada di Indonesia. Diskon yang ditawarkan memang besar tapi besar juga penipuan yang terdapat di dalamnya. Kebohongan mengenai pengecohan harga yang menipu mata-mata pembelinya. Ini pun menjadi pembodohan karakter terhadap masyarakat Indonesia demi meraup untung yang melimpah.
i)          Happy, Romeo dan Harmonika
“....Sudah lama juga saya tidak dikunjungi manusia. Terakhir kali dikunjungi manusia, mesin cuci dan kompor gas saya hilang.” (hal 140)
     Zaman masa kini, tidak ada yang dapat dipercayai bahkan keluarga dekat sekalipun. Entah dengan alasan meminjam, banyak orang yang memanfaatkannya demi mendapatkan barang secara gratis. Sudah tidak adakah lagi rasa kekerabatan dalam menghormati orang lain.
j)          Hommy Worky Ekpress
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
k)        Sekolah Sihir Homework
“Razia DVD bajakan di mana-mana,” bisik Hugme di telinga sang hantu. “Jadi maaf, saat mampir di Jakarta, saya tidak sempat membeli DVD serial Korea, Princess Hours.” (hal 182)
     Pembajakan memang harus dilawan. Namun, sebagai rakyat kecil yang memperoleh nafkah melalui barang bajakan itu sepatutnya menanggung konsekuensi yang sepadan dengan tindakannya. Terkadang razia yang dilancarkan tidak sesuai dengan peraturan. Kekerasan pun terjadi jika pemilik toko barang bajakan itu tidak berkoperatif dalam razia ini.
l)          Penyihir Jahat
“....Jalan itu menurun ke arah bawah. Tajam, panjang, berkelok-kelok dan mengasyikkan, seperti perosotan kolam Riam Jeram, Gelanggang Renang di Ancol....” (hal 185)
     Interpretasinya yakni perosotan air yang paling memuaskan hanya ada di Ancol saja, tidak ada di tempat lain. Sebuah promosi yang hanya mengunggulkan Ancol daripada tempat lain yang memiliki perosotan yang sama. Persaingan memang sangatlah ketat demi mendapatkan pelanggan.
m)     Mengendarai Sapu Terbang
“Happy memang hebat dalam mengendarai sapu terbang. Ia dapat menghindar dengan lincah, tanpa menyentuh sedikit pun, dari kawanan burung nazar yang terbang malas dengan perut kembung kenyangnya, sehabis berpesta pora, memakai tujuh bangkai menjangan yang mati mendadak sehabis meminum air sungai yang sudah tercemar limbah pabrik stocking.” (204)
     Air sungai sudah tidak lagi dipandang oleh orang-orang yang tidak mencintai lingkungan, terutama orang-orang yang membangun pabrik. Mereka dengan seenaknya membuang limbah ke sungai dengan sesuka hati mereka tanpa memikirkan resiko yang terjadi.
     Air sungai menjadi keruh dan tidak dapat dikonsumsi lagi. Namun, tidak ada pertanggungjawaban ataupun rasa bersalah bagi pemilik pabrik-pabrik yang membangun pabriknya dekat sungai. Hal ini karena pemilik pabrik itu tidak mau rugi dalam urusan pendaurulangan air limbahnya.
     Pemerintah sendiri pun tidak ada campur tangan dalam hal ini seperti mulut-mulut mereka telah disumbat oleh uang dari para pemilik pabrik tersebut. Indonesia hanya tinggal menunggu hancur dengan sendirinya jika masalah ini tidak dituntaskan hingga ke akarnya.
n)       Belimbing Bertuah
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
o)       Arti Sebuah kacamata Imitasi
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
p)       Kantong Rahasia
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
q)       Perang Quidbogg
“Kelakuan si kucing garong, maen hajar, maen sikat, apa sing liwat.” Volkwagent bersenandung. (hal 265)
     Kelakuan manusia pada zaman sekarang yang sudah hilang moralitasnya. Apa pun yang menarik baginya, langsung diambil sebagai kepunyaannya sendiri. Dalam bahasa lain bisa dianggap kleptomania atau orang-orang yang suka mengambil barang orang lain.
r)         Lebih dari Satu Pengkhianat
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
s)        Waktu Berputar Mundur
Tidak ada kalimat yang mengandung kejutan di dalamnya.
t)         Kembali ke Jakarta
“Jakarta?” Ia melihat keadaan di dalam kamar toilet. Dari bentuk kakus, bak mandi, dan kucuran air keran yang tersendat-sendat, ia bisa memastikan. Hans mengibas-ibaskan kedua tangannya ke arah hidung. Hawa yang sangat ia kenal. Tidak salah lagi. Ini adalah hawa Jakarta. Hawa ibu kota negara Indonesia tercinta..... (hal 303)
     Jakarta sebagai ibu kota negara Indonesia tercinta sudah sepatutnya memiliki citra yang baik terhadap propinsi-propinsi lainnya. Namun, lingkungan di sekitar Jakarta yang sudah rusak akibat perbuatan manusia itulah yang membuat Jakarta menjadi kota yang siapa hancur kapan saja. Apalagi hawa yang terpancar sudahlah berbaur dengan bau-bau yang tidak sedap dihirup. Bau-bau itu berasal dari sampah yang terus menumpuk tiada hentinya, arus kendaraan yang tiada tertidur hingga membuat debu-debu terus beterbangan, dan sungai-sungai yang telah tercemar oleh limbah-limbah pabrik.
     Inilah gambaran ibu kota Jakarta yang tidak pernah merampungkan pekerjaan rumahnya. Haruslah setiap warga kota Jakarta memasang AC demi mendapatkan kualitas udah yang bagus. Untuk mendapatkan udara yang bagus saja kita harus membayar, apalagi setelah meninggal kita juga perlu berpesan kepada anak-anak kita agar menabung untuk mempertahankan nisan orangtuanya di kuburan.
3.5      Tahap Penilaian
            Pembaca sebagai sastrawan pasif, hendaklah memberikan penilaian terhadap cipta sastra secara objektif pula. Katakanlah itu bagus dan ini buruk, namun uraikanlah alasan-alasannya secara argumentatif-objektif. Dengan begitu pembaca akan mengalami katarsis pula, yakni kelegaan yang meliputi batin karena dapat menjawab mengapa cipta sastra suatu karya berhasil.
            Setelah panjang lebar membahas novel “Happy Porter” karya Yokie Adityo ini, penulis memberikan penilaian kalau novel ini patut untuk dibaca. Hal ini karena selain di dalamnya berisi lelucon-lelucon yang dapat mengocok perut kita, juga berisi hal-hal yang berhubungan dengan kota Jakarta beserta masalah-masalah yang ada di Jakarta tersebut.
            Selain itu, banyak pesan moral yang secara tersirat disampaikan dalam bagian-bagian novel ini. Inilah kejutan-kejutan yang menarik bagi pembaca yang membuat pembaca menjadi penasaran terhadap novel ini.

IV        PENUTUP
4.1      Kesimpulan
            Kesimpulan kritik sastra dengan pendekatan estetika resepsi sastra terhadap novel “Happy Porter” Karya Yokie Adityo yaitu novel ini penuh dengan lelucon-lelucon segar. Tidak hanya itu saja, banyak hal-hal yang diungkap secara tersirat di dalam novel ini.
            Kejutan-kejutan yang ditawarkan dalam novel ini tentang pemandangan kota Jakarta dari berbagai sudut pandang, mulai dari transportasi becak, pembangunan supermarket hingga mall, aroma kota Jakarta yang setara toilet murahan, dan lain-lain.
            Novel ini patut dibaca oleh orang-orang terutama masyarakat  Indonesia yang ingin tahu permasalahan kota Jakarta. Selain itu, banyak pelajaran-pelajaran moralitas yang terkandung pada novel “Happy Porter” ini.

DAFTAR PUSTAKA
Adityo, Yokie. 2007. Happy Porter. Yogyakarta: C|Publishing
Anoegrajekti, Novi, dkk. 2008. Estetika: Sastra, Seni, dan Budaya. Jakarta: UNJ Press
Kinayati. 2011. Mozaik Kritik Sastra. Jakarta: UNJ



[1] Novi Anoegrajekti, dkk. Estetika: Sastra, Seni, dan Budaya. (Jakarta: Unj Press, 2008). Hal 85

Tidak ada komentar:

Posting Komentar